Hari ini adalah upacara pemakaman Ryuji. Nenek Ryuji tampak tegar menghadapi pemakaman cucu satu-satunya dan anggota keluarga terakhirnya itu. Sedangkan Fuyuki. Wajahnya begitu dingin tanpa ekspresi. Akira, Hayato, dan Nakatsu ada di dekatnya. Memastikan Fuyuki baik-baik saja. Selama upacara berlangsung pun Fuyuki masih memasang “topeng es-nya”. Sampai saat upacara pemakaman berakhir. Tiba-tiba Nenek Ryuji menghampirinya dan membernya sesuatu. Beliau tersenyum.
“Hanya ini yang bisa Baa-san berikan, ini dari Ryuj.” Kata Nenek Ryuji sebelum beliau pamit pergi.
“Kalian duluan saja.” Kata Fuyuki pada kakak-kakaknya.
“Jangan terlalu lama disini, kami duluan.” Kata Nakatsu. Fuyuki hanya mengangguk dan membuka surat itu.
Yuki-chan…..
Jika kau membaca ini, berarti aku sudah tidak ada lagi di dunia ini. Gomennasai karena sudah menyembunyikan ini darimu. Aku tidak ingin membuatmu khawatir. Aku tahu seharusnya kau memberitahumu soal ini. Tapi tiap kali akan memberitahumu, ada sesuatu yang menahanku. Aku tidak ingin orang yang kucintai bersedih. Maaf karena sudah begitu egois. Aku hanya tak mau kau sedih karena tahu soal penyakitku. Dulu dokter pernah mengatakan kalau umurku hanya tinggal beberapa bulan.
Yuki-chan adalah 1st loveku, dan juga orang yang sangat penting buatku. Karena itulah aku memutuskan untuk pindah ke Jepang, untuk menghabiskan saat-saat terakhirku bersamamu. Aku menyembunyikan semua ini karena tidak ingin kau bersedih.
Aku senang sekali saat aku bisa membuatmu tersenyum. Kau hampir selalu menampilkan wajah datar dan dingin. Karena itulah saat Yuki-chan tersenyum, merupakan saat-saat yang sangat menyenangkan buatku. Aku tahu kau menolakku dulu karena ingin melindungiku. Maaf karena sudah memaksamu untuk menjadi kekasihku. Aku hanya ingin bisa bersamamu di saat-saat terakhir dalam hidupku.
Lalu tentang Suzuhara Mario…
Aku sudah tahu tentang masalah antara keluargamu dengan keluarganya. Jika tak ada masalah itu, aku yakin sampai sekarang kalian masih menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih….
Karena itu, Yuki-chan…
Jangan membohongi perasaanmu sendiri. Aku tahu kalau sebenarnya kau masih mencintai Suzuhara Mario. Aku ingin kau bahagia. Aku ingin kau bisa tersenyum dan tertawa seperti saat kita masih kecil dulu. Setelah kematianku, kuharap kau dan Suzuhara Mario dapat berbaikan lagi.
Aku tahu dia juga masih mencintaimu. Berbahagialah untukku juga. Jangan menutup hatimu lagi. Tersenyum dan tertawalah, Yuki-chan. Kumohon, jangan sampai kau kehilangan senyum dan tawamu hanya karena kematianku. Aku memang tidak bisa lagi melihatmu tersenyum dan tertawa. Tapi asalkan kau bahagia, itu saja sudah cukup. Arigatou untuk semuanya.
I love u, Yuki-chan. Terima kasih karena sudah membuat saat-saat terakhir dalam hidupku menjadi lebih indah. Selamat tinggal, Yuki-chan. Jaga dirimu, dan jangan sampai kehilangan senyummu.
I Love You...
Kagerou Ryuji
Tangan Fuyuki gemetar saat dia membaca surat itu. Fuyuki yang berhasil menahan tangisnya saat upacara, tidak bisa menahannya lagi. Dia menangis sembari memeluk surat itu. Hal yang paling ditakutinya terjadi.Dia kehilangan orang yang dicintainya. Walaupun kematian Ryuji bukan salahnya, tapi dia tetap merasa bersalah. Dia merasa bersalah karena tak bisa membuat banyak kenangan indah bersama Ryuji selama sebulan mereka berpacaran.
“Gomen… Gomenne… Ryu-kun.” Tangis Fuyuki. Perlahan hujan turun dan lama-kelamaan semakin deras. Seakan langit juga ikut bersedih. Fuyuki tak peduli walaupun sekarang dia basah kuyup karena hujan. Dia tetap berada di posisinya. Menatap batu nisan makam Ryuji. Mengingat semua kenangannya bersama Ryuji selama ini.
“Baka… Apa kau mau sakit.” Kata sebuah suara di belakangnya. Sang pemilik suara memayunginya dan menyampirkan jaket ke bahu Fuyuki. Fuyuki tak lagi merasakan air hujan di tubuhnya.
“Apa kau kesini untuk meledekku?” tanya Fuyuki tanpa menoleh, berusaha mengontrol agar suaranya tidak bergetar. Mario menghela nafas kesal.
“Terima kasih kembali.” Gumam Mario agak kesal. Tapi kemudian disadarinya kalau tubuh Fuyuki gemetar, bukan karena dingin, tapi karena menangis.
“Baka…” Gumam Mario lagi sebelum menarik Fuyuki ke pelukannya. Fuyuki terbelalak kaget. Hujan kembali membasahinya dan juga Mario karena payungnya terjatuh saat dia memeluk Fuyuki.Tapi tampaknya dia tidak peduli.
“Kau selalu begitu, berusaha tampak kuat, padahal kau butuh tempat bersandar.” Kata Mario, dia mengelus-elus punggung Fuyuki, berusaha menenangkan gadis itu. Fuyuki yang awalnya kaget, kemudian membalas pelukan Mario dan menangis di pelukannya. Mario mengeratkan pelukannya sembari mengelus-elus punggung Fuyuki.
“Ryu-kun… Ryu-kun…” Isak Fuyuki. Jujur saja, sebenarnya hatinya sakit karena Fuyuki menangis untuk laki-laki lain, dan bukan dirinya. Tapi dia sadar kalau dia tak berhak berpikir begitu, sekarang Fuyuki bukan lagi kekasihnya. Sekarang dia adalah kekasih Ryuji, dan baru saja menghadiri upacara pemakaman Ryuji.Yang bisa dilakukannya saat ini hanyalah menenangkan Fuyuki.