Mario POV
Kepalaku sakit. Tidak, bukan cuma kepalaku, seluruh tubuhku sakit. Apa yang terjadi?! Kenapa aku mendengar suara seorang gadis?! Dimana aku?! Kenapa aku tidak bisa mengingat apapun?! Kenapa tanganku terasa hangat?!
END POV
Perlahan Mario membuka matanya, cahaya yang menyilaukan sempat membuat matanya sakit, tapi kemudian setelah matanya sudah membiasakan dengan cahaya, dia sadar kalau dirinya berada di rumah sakit. Dia berusaha bangun, tapi sulit sekali. Saat dia masih berusaha untuk bangun, Fuyuki terbangun.
“Ma… Mario…” Fuyuki tampak tak percaya. Mario masih berusaha bangun. Fuyuki memeluknya erat-erat dan menangis.
“Yokatta… Yokatta.” Tangis Fuyuki. Mario hanya terdiam, dia tak tahu apa yang harus dilakukannya, tapi entah kenapa tangannya bergerak sendiri dan membalas pelukan Fuyuki. Entah kenapa ada perasaan rindu yang aneh sekaligus rasa nyaman saat dia membalas pelukan Fuyuki. Selama beberapa saat kemudian, Fuyuki masih menangis sambil memeluk Mario. Sedangkan Mario membenamkan wajahnya di helaian rambut Fuyuki. Dia merasa melupakan sesuatu yang sangat penting, tapi dia tidak tahu apa itu. Beberapa menit kemudian, Fuyuki melepaskan pelukannya, dia berusaha menghapus air matanya. Dia tampak benar-benar lega.
“Akan kupanggilkan dokter dan ayahmu.” Kata Fuyuki seraya beranjak pergi, tapi Mario menahannya.
“Chotto… Tapi… Siapa kau?” tanya Mario hati-hati. Fuyuki menatapnya bingung.
“Apa maksudmu?! Apa kau baik-baik saja?” tanya Fuyuki khawatir.
“Aku… Aku tidak tahu.” Gumam Mario. Fuyuki pun bergegas memanggilkan dokter dan ayah Mario. Tak lama kemudian, mereka datang diikuti oleh Akira. Dokter pun memeriksa Mario. Ayahnya dan Akira tampak lega.
“Hmm… Suzuhara-kun, apa kau merasakan sesuatu yang aneh?” tanya dokter.
“Kepalaku masih agak sakit, dan aku merasa kehilangan sesuatu yang sangat penting.” Kata Mario.
“Apa kau ingat siapa mereka?” tanya dokter seraya menunjuk Ayahnya dan Akira. Mario mengangguk.
“Tou-san, dan Akira-san.” Kata Mario.
“Bagaimana dengan dia?” tanya dokter lagi seraya menunjuk Fuyuki. Kali ini Mario menggeleng.
“Aku tidak tahu. Tapi aku merasa sangat familiar dengannya. Tapi aku tidak bisa mengingatnya.” Kata Mario pelan. Mereka semua tampak kaget.
“Kau yakin tidak ingat siapa gadis ini?” tanya dokter lagi.Mario tetap menggeleng.
“Sepertinya dia terkena amnesia ringan, seharusnya hal ini hanya berlangsung smentara, yang penting dia harus istirahat dulu.” Kata dokter sebelum pamit undur diri. Setelah kepergian dokter, kali ini Akira yang bertanya.
“Suzuhara-kun, kau benar-benar tidak ingat siapa gadis ini?” tanya Akira. Mario tetap menggeleng.
“Siapa dia?” tanya Mario. Fuyuki berusaha mempertahankan ekspresinya tetap tenang.
“Aku teman satu sekolahmu, Suzuhara-san, aku adik Akira-san.” Kata Fuyuki berusaha tersenyum. Tapi dia tidak bisa terus mempertahankan senyum itu, sehingga dia cepat-cepat pamit keluar untuk menyembunyikan fakta kalau dia menangis lagi. Akira segera menyusul adiknya setelah pamit keluar juga.
Mario POV
Siapa gadis itu?! Kenapa aku merasa senyumnya tadi palsu?! Kenapa aku merasa bersalah?! Kenapa hatiku terasa sakit?! Kenapa rasanya aku melupakan sesuatu yang sangat penting?! Siapa gadis itu sebenarnya?! Apa dia ada hubungannya dengan ingatanku yang hilang?!
END POV
Mario sibuk sendiri dengan pikiranya sampai dia tak menyadari kalau ayahnya sedang bicara.
“Mario! Apa kau mendengarkan?” tanya ayahnya agak keras. Membuat Mario tersentak kaget.
“Hai!” kata Mario cepat. Ayahnya menghela nafas panjang.
“Sudahlah, kau harus istirahat, karena sekarang kau sudah sadar, aku bisa kembali bekerja dengan tenang.” Kata Ayah Mario seraya beranjak pergi. Mario hanya mengangguk. Setelah kepergian ayahnya, Mario kembali melamun memikirkan Fuyuki.
“Kenapa aku terus memikirkan gadis itu? Siapa dia sebenarnya?” Gumam Mario.
Sementara itu, Akira sedang berusaha menenangkan Fuyuki di taman rumah sakit. Fuyuki menangis di pelukan kakaknya. Yah, dilupakan oleh orang yang kau cintai, tentu sangat menyakitkan. Tapi dia lebih suka begini dibandigkan dengan saat Mario masih belum sadar.
“Onii-san… Apa… Apa mungkin aku dan Rio. Tidak bisa bersama?” tanya Fuyuki saat dia mulai tenang. Akira menghela nafas panjang, tapi dia berusaha tersenyum.
“Bukan begitu, Yuu… Kurasa ini hanya ujian untuk kalian, aku yakin, saat Suzuhara-kun sadar tadi, kau pasti memeluknya kan?! Apa dia membalas pelukanmu?” tanya Akira. Fuyuki hanya mengangguk.
“Mungkin dia kehilangan ingatannya tentangmu, tapi kurasa dia tidak kehilangan perasaannya padamu. Walaupun pikirannya melupakanmu, tapi hatinya tidak melupakanmu.” Kata Akira.
“Tapi kenapa cuma tentangku?! Dia bahkan mengingat onii-san, kenapa dia cuma melupakanku.” Tanya Fuyuki sedih.
“Sudahlah, tak lama lagi dia pasti akan mengingatmu lagi.” Hibur Akira seraya mengacak-acak rambut Fuyuki.
“Ah, sekarang kau makanlah dulu, biar aku yang menemani Suzuhara-kun.” Kata Akira lagi. Fuyuki mengangguk.
“Ah, Onii-san… Kalau bisa, tolong jangan ikut campur dalam hal ini, biar aku saja yang membuatnya kembali mengingatku.” Kata Fuyuki. Akira hanya mengangguk, lalu Fuyuki pun beranjak pergi. Setelah kepergian Fuyuki, Akira pun menuju kamar Mario. Ternyata disana sudah ada Nakatsu.
“Suzuhara-kun, bagaimana keadaanmu?” tanya Akira.
“Daijobu… Ngomong-ngomong, Akira-san. Gadis tadi, apa benar dia adikmu?” tanya Mario. Akira mengangguk.
“Namanya Kurosaki Fuyuki, apa kau tidak ingat siapa dia?” tanya Akira, Mario menggeleng.
“Heh?! Kau melupakan Yuu?! Bagaimana mungkin?! Bukannya kalian. Umfh…” Akira membekap Nakatsu.
“Kami… apa?” tanya Mario.
“Kalian teman satu sekolah.” Kata Akira cepat, memberi isyarat pada Nakatsu untuk diam.
“Tapi… Aku tak menyangka gadis tadi adalah adikmu. Maksudku, dia tidak mirip denganmu. Walaupun aku melihat kemiripan antara dia dan Nakatsu-san.” Kata Mario. Akira hanya tertawa garing. Lalu dia cepat-cepat permisi seraya menarik Nakatsu ikut dengannya.
“Kenapa nii-san membekapku?!” protes Nakatsu kesal.