“Ryuji, Ryuto, hati-hati!” kedua anak laki-laki berusia 8 tahunan dengan tampang nyaris serupa, yang membedakan hanya mata mereka. Ryuji memiliki mata heterochromia yang membuat mata kirinya berwarna hijau dan mata kanannya berwarna cokelat gelap. Sedangkan Ryuto memiliki mata berwarna cokelat gelap. Keduanya hanya tertawa dan berlari-lari dengan riangnya. Mau tak mau sang Ibu yang melihat putra kembarnya bermain dengan riang ikut tersenyum. Suaminya yang duduk disebelahnya tampak masih sibuk dengan berbagai telepon.
“Aku tahu, tapi bisa kita bicarakan besok? Saat ini aku seang menikmati waktuku bersama keluargaku.” Kata pria itu kesal. Beberapa saat kemudian akhirnya dia menutup teleponnya.
“Gomenne… Padahal aku sudah mengatakan pada mereka untuk tak menghubungiku hari ini.” Istrinya hanya tertawa.
“Daijobu, seperti yang sudah diduga dari seorang CEO huh?” goda istrinya.
“Hmm… Kata-kata itu kukembalikan padamu, Nyonya CEO WB hotel.” Balas suaminya.
“Papa, mama, ayo main!” Ryuto berlari kembali ke tempat kedua orangtuanya. Ryuji tampak agak kepayahan dalam mengikuti kembarannya yang memang lebih energik darinya.
“Niichan! Tunggu!”seru Ryuji.
“Ayo Ryu!” seru Ryuto. Kedua orangtua mereka hanya tertawa melihat tingkah mereka.
“Mama, niichan meninggalkanku terus.” Protes Ryuji.
“Tidak, Ryu saja yang terlalu lambat.” Balas Ryuto tak mau kalah.
“Sudah, sudah, Ryuto, sebagai kakak, kamu tidak boleh meninggalkan adikmu, kau harus menjaganya, mengerti?”
“Lalu Ryuji, kakakmu ini memang bandel, tapi dia ceroboh, karena itu, mama berharap kalian bisa menjaga satu sama lain, mengerti?” Ryuji dan Ryuto hanya mengangguk.