Denaya : Tahanan Masa Lalu

Dhebby Soru
Chapter #3

#3 Sahabatku Tersayang

"Xel, bangun. Bukannya mau antarkan makanan untuk Denaya ya?"

"Hmm, iya iya ma, memangnya sudah jam berapa?"

"Jam 9 loh"

"Ha? Astaga aku benar-benar bangun jam segini? Kok mama baru bangunin ma?"

"Ya abis, mama juga tidak tegalah. Kamu itu baru tidurnya jam 5 pagi tadi."

"Ya udah ma. Kalo begitu Exel mandi dulu ya"

"Hmm... Jangan lama-lama"

"Siyaaappp"

Exel adalah anak satu-satunya di keluarganya. Kedua orang tua Exel juga sangat peduli pada Denaya.

Sejak papa nya meninggal. Bukan, sejak kejadian mengerikan itu, keluarga merekalah yang selalu ada untuk Denaya.

Papa nya Exel dan papa nya Denaya adalah sahabat sejak kecil. Persahabatan itu diturunkan pada Exel dan Denaya.

Sebelumnya, papa nya Exel, Pak Vian tinggal di kota yang lain hingga Exel duduk di bangku kelas 5 SD. Exel dan Denaya juga baru mulai kenalan saat itu. Tapi mereka benar-benar tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menjadi akrab. Persahabatan mereka terus berjalan hingga mereka menamatkan diri dari SMA dan mendaftar di Universitas yang sama. Tentu beda jurusan. Denaya mengambil jurusan sastra, sementara Exel mengambil jurusan seni.

Semuanya berjalan normal, sampai pada hari mengerikan itu.

***

"Nay... Nay..."

Tak ada suara apapun dari ruangan itu. Di sana sangat gelap. Tapi Exel tahu Sahabatnya ada di dalam sana. Exel mengikutinya sejak tadi karena ia khawatir. Iya menjaga jarak hanya karena tak ingin sahabatnya terganggu. Ia ingin memberi Denaya ruang untuk sendiri. Tapi, ini sudah hampir sejam dan Denaya masih sendiri di sana. Tentu saja dia khawatir dan akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan kosong yang gelap, bekas gudang milik keluarga Denaya itu.

Ia melangkah perlahan-lahan, sambil memanggil nama sahabatnya berkali-kali, tapi tetap tak ada jawaban. Exel semakin khawatir dan curiga. Ia menyalakan HP nya dan astaga....

"Nay... Denaya..."

Suara Exel mulai menjerit.

"Tolong... Tolong.... Nay... Bangun Nay..."

Tangisnya sudah tidak terbendung. Sambil menangis Exel mengambil HP nya dan coba membuat panggilan.

"Pa, tolong pa... Denaya sekarat. Kita harus membawanya ke RS."

"Xel, apa maksud kamu? Ada apa dengan Denaya?"

"Cepat pa, sudah tidak ada waktu. Aku berada di gudang om Alvin" Suara Exel bergetar.

"Iya, iya papa segera pergi"

Papa Vian segera berlari diikuti istrinya dari belakang yang ikut cemas melihat percakapan suami dan anaknya itu.

"Ada apa pa?"

"Denaya sekarat"

Lihat selengkapnya