"Apa? Maksud ibu apa?". Penjaga perpustakaan itu membuka mata dan melihat tak ada Silvi. Dia bangun dan pergi. Dia berlari sekencang mungkin agar tidak bertemu dengan mereka lagi.
"Buset! Si ibu cepat banget larinya, gak bisa kita kejar. Gimana sekarang Co? Kita harus tanya kemana?"
"Udah Is kita kasih ibu itu untuk tenangin diri dulu. Pasti ada alasan kenapa dia gak mau cerita sama kita".
"Ya tapi tadi dia sebut Mario berarti emang Mario pelakunya".
"Udah lah kita pulang aja yuk, udah sore nih".
Akhirnya mereka pulang. Setelah sampai di rumah, Cindy memperkenalkan Marco dengan temannya yang akan menjadi tetangga baru mereka.
"Ma, aku udah pulang".
"Eh, kamu udah pulang. Kenalin ini tante Tiara".
"Siang tan, aku Marco", sambil menyalam tangan Tiara.
"Saya Tiara teman mama kamu. Sudah besar ya, sudah semester berapa Marco?"
"Semester akhir tan. Lagi nyusun skripsi"
"Hebat dong ya kamu".
"Ya udah sekarang kamu makan dulu. Mama udah masakin makanan kesukaan kamu".
"Mama sama tante Tiara udah makan siang?"
"Udah. Kita udah makan dari tadi".
"Kalau begitu, aku makan siang dulu ya".
Malam harinya mereka makan malam bersama, dengan Tiara tetangga baru mereka.
"Makan yang banyak tan, masakan mama enak loh", kata Marco.
"Iya, mama kamu emang jago masak. Kalah sama masakannya tante, makanya dulu tuh waktu kemping mama kamu terus yang disuruh masak". Mereka tertawa bersama.
Tiara terus memandang wajah Mario, dalam hati dia berkata 'Pasti anakku sudah sebesar dia, tapi aku gak tahu apa dia sudah kuliah atau kerja'.
"Kenapa tan? Kok lihat aku kayak gitu?", tanya Marco.
"Gak kok, maaf ya kalau kamu gak nyaman. Tante hanya membayangkan seandainya anak tante masih ada, pasti sudah seumuran kamu dan dia juga pasti sekarang sedang nyusun skripsi".
"Memangnya anak tante kenapa?"
"Anak tante hilang entah kemana, karena dulu suami tante merebut hak asuh anak tante. Setelah itu dia menikah lagi karena dia takut ketahuan selingkuh sama tante dia selalu memberi foto anak tante dan mengirim videonya dari hp. Tapi tidak pernah ijinkan tante untuk bertemu dengannya. Hingga suatu hari suami tante mengajaknya pergi jalan-jalan, namun dia terlepas dari tangan papanya. Sampai sekarang dia gak ketemu".
"Maaf ya tan, aku gak maksud", kata Marco.
"Gak apa-apa. Emang bukan kamu yang salah, kan tante yang lihat kamu makanya kamu merasa gak nyaman".
"Tante boleh kok anggap aku sebagai anak tante, gak apa-apa kan ma?", tanya Marco pada Cindy mamanya.
"Iya boleh", jawab Cindy.
"Makasih ya Marco", kata Tiara.
Setelah selesai makan malam Tiara pulang. Cindy dan Marco mengobrol di ruang tamu.
"Marco sebenarnya, anak tante Tiara itu dibawa lari sama mantan suaminya makanya dia pindah rumah biar bisa melupakan kenangan pahit itu".
"Ya ma aku dengar kok tadi, tapi kok bisa?", tanya Marco.
"Ya karena mereka bertengkar hebat dan mantan suami tante Tiara itu kasar. Tante Tiara sering mendapatkan KDRT, jadi dia memutuskan untuk menggugat suaminya. Eh ternyata mantan suaminya yang licik itu dapat hak asuh anaknya. Sebal banget mama kalau ingat itu. Ya udah kamu istirahat sana udah malam ini, besok kamu kesiangan", kata Cindy.
"Ya ma, ya udah aku istirahat dulu ya ma".
Besoknya mereka masih lanjut menanyakan pada penjaga perpustakaaan itu maksud dari masa lalu Mario.
Namun Vivi mengatakan,"Saya salah bicara".
Hari itu penjaga perpustakaan pulang lebih lama dari biasanya. Hanya dia sendiri yang ada di kampus lau ada seorang wanita berada di perpustakaan kira-kira jam 5 sore. Penjaga perpustakaan itu mendatanginya.
"Maaf, perpustakaan sudah tutup dan perkuliahan sudah selesai. Saya juga mau pulang, apa ada buku yang kamu perlukan? Saya bisa bantu carikan".
Tak ada jawaban dan wanita itu langsung berbalik.
"Kenapa anda berbohong pada sahabatku?" Penjaga perpustakaan kaget.
"Maksud kamu apa? Kamu siapa? Kamu gak kenal wajah cantikku? Baik aku akan perlihatkan wajah burukku". Silvi merubah wajahnya dan penjaga perpustakaan langsung mengenalinya.
"Silvi?"
"Ya aku orangnya, jadi anda hanya mengenal wajah hancurku saja yah".
"Maaf saya tidak mengenali wajahmu karena tahun lalu kita lama tidak bertemu dan saya dengar kamu mengambil cuti. Kamu juga hanya menunjukkan wajah ini pada saya saat menemui saya di rumah. Maaf saya tidak mengingat wajahmu semasa hidup".
"Kenapa anda melakukannya?"
"Silvi, saya kan sudah bilang sama kamu alasannya. Kamu juga sudah lihat keadaan ibu saya, kenapa kamu tidak percaya?"
"Sekarang saya beri anda kesempatan terakhir untuk mengungkap semuanya. Bantu Marco dan temannya, jangan coba hindari mereka lagi kalau tidak terpaksa saya harus kasar sama anda".
"Ini tidak mudah. Saya tidak punya uang sebanyak itu sekalipun saya punya surat perjanjian itu sudah ditandatangani. Kalau saya melanggar saya tidak punya pekerjaan, bagaimana nasib keluarga saya nanti?"
"Itu bukan urusanku. Aku akan datang lagi, awas kalau sampai anda tidak melakukannya". Silvi pergi meninggalkan penjaga perpustakaan itu sendiri.
Setelah kejadian itu dia kepikiran sampai tak tenang melakukan aktifitasnya. Besoknya Marco dan Louis memberikan foto Silvi padanya.
"Bu, ibu pasti kenal siapa dia kan? Kami hanya mau memberikan ini sama ibu. Tolong beri tahu kita kalau ibu tahu sesuatu. Untuk apa ibu berbohong terus, percaya sama kami bu ceritakan sedikit saja".
"Is, jangan maksa. Kita yang butuh, ya sudah bu kalau ibu masih mau diam itu hak ibu. Tapi ingat, jangan egois buka mata hati ibu, buka mata ibu lebar-lebar. Korban akan semakin banyak kalau kita tidak bertindak cepat. Kami permisi bu selamat siang. Yuk Is".
Mereka pergi meninggalkan penjaga perpustakaan itu sendiri dan sore harinya di kantin dia duduk sendiri memandang foto Silvi dan mengingat awal dia bertemu dengan Silvi dan Chika.
"Sil, tunggu dong. Loe cepat banget sih jalannya", kata Chika.
"Ya harus dong, loe jangan kayak siput jalannya ntar kita telat masuk kelas tahu. Ayo buruan kita pinjam bukunya lusa kita ujian loh". Mereka mencari bahan buat ulangan lusa ke perpustakaan. Silvi termasuk anak yang pintar dan ramah, dia juga cantik. Banyak yang suka padanya termasuk Mario anak rektor di kampus itu.
"Aku udah dapat bukunya, kamu gimana?", tanya Silvi
"Udah, tapi gak tahu lengkap apa nggak. Nanti aja kita di kantin lihatnya biar kita fotocopy dua buku ini".
"Ya udah yuk kita pinjam bukunya biar langsung balik ke kelas".
Mereka meminjam buku itu dan kembali ke kelas. Begitu jam pulang tiba mereka memeriksa buku itu dan banyak yang beda jadi mereka mengcopy ke 2 buku itu. Setelah itu mereka pulang ke kos. Lusa mereka ujian, seminggu setelah itu nilai mereka keluar dan nilai Silvi yang paling tinggi. Memang dia anak yang paling pintar.
"Wah!! Nilai loe tinggi banget Sil. Emang ya sahabat gue yang satu ini hebat banget".
"Apaan sih loe, biasa aja tahu. Nilai loe juga bagus kok".
"Iya tapi gue gak pernah dapat peringkat satu".
"Ya suatu saat nanti loe juga bisa kok saingin nilai gue. Yuk ke perpustakaan kita balikin bukunya, ini kan udah 3 hari".
Mereka mengembalikan buku yang dipinjam, setelah itu mereka lanjut ngobrol di kantin.
"Kenapa? Sepertinya lagi senang banget seperti baru dapat hadiah", tanya penjaga perpustakaan.
"Ya bu, ini lebih dari hadiah. Sahabatku yang satu ini pintar banget, masa ya nilai ujian dia hari ini tinggi banget. Dia peringkat pertama bu".
"Oh ya? Hebat dong. Oh iya nama kalian siapa? Kalian rajin ya baca dan pinjam buku disini. Tidak seperti yang lain kalau butuh aja pinjamnya", kata penjaga perpustakaan.
"Iya dong bu, membaca kan jendela ilmu. Banyak baca banyak tahu, bukan makin sok tahu", kata Chika.
"Ini bukunya jangan lupa 3 hari batas peminjaman bukunya. Nanti denda loh", kata penjaga perpustakaan.
"Ok bu, makasih ya kami ingat kok bu, kan selalu pinjam buku disini".
Mulai dari kantin sampai di kos mereka membahas tentang kuliah, kerja dimana bahkan impian menikah.
"Eh, Sil loe kalau udah kerja dan nemui calon suami langsung nikah apa tunda kerja sampai puas dulu?"
"Ya kalau calon gue gak keberatan gue kerja setelah menikah, gue pasti tetap kerja lah, tapi kalau gak ya gue stop".
"Sayang dong perjuangan loe. Kepintaran loe hanya karena suami", kata Chika.
"Apanya yang sayang. Gak kok Chik, justru gue bisa nurunin ke anak-anak gue nanti, gak ada yang percuma ilmu kita ini, tenang aja. Loe sendiri gimana? Jangan bilang loe bersikeras tetap kerja mesti dilarang. Gak boleh gitu suami kepala keluarga ntar kualat loh".
"Gue gak tahu mau nikah apa gak Sil. Gue masih caritahu keluarga gue karena gue masih penasaran apa sebenarnya alasan mereka buang gue. Sebegitu najisnya ya gue sampai mereka tega buang gue".
"Ya ampun Chik, ngapain sih loe mikirin itu. Udahlah, ntar aja kita bahas kalau kita udah sukses. Pokoknya kalau kita udah kerja loe bakal nikah kan? Masa sih loe jadi perawan tua, gak enak tahu".
"Ya gak lah, tapi kan enak kalau nikah dihadiri orang tua kandung jadi ibu asrama kita gak usah repot untuk berperan sebagai orang tua pengganti buat kita".
"Ya sih tapi pasti mereka punya alasan yang kita gak paham, sampai kita mungkin mikir mereka jahat sama kita. Padahal mereka belum tentu sekarang bahagia karena udah ninggalin kita disini, ya kan?", kata Silvi menyemangati sahabatnya.
"Ya udah yuk kita belajar abis itu tidur". Mereka mulai membahas pelajaran untuk besok dan Silvi yang diminta dosen membawa semua tugas ke ruang dosen tidak sengaja bertemu dengan Mario.
'Ada apaan ya gue dipanggil kesini? Kan ini jurusan sastra Indonesia. Ah bodo amat yang penting gue datang dari pada bermasalah bisa abis gue sama papa'.
"Ya pak, ada apa bapak memanggil saya kesini?", kata Mario.
"Mario ini surat undangan pernikahan anak saya. Tolong kamu kasih ke papamu ya, jangan lupa datang".
"Oh iya pak, nanti saya sampaikan. Ini saja pak?"
"Ya ini saja".
"Ya sudah pak, saya permisi dulu bentar lagi mau masuk kelas".
"Ya makasih ya Mario".
"Sama-sama pak".
Mario pergi meninggalkan ruang dosen sambil menoleh ke belakang katanya, 'Aduh, gue kira ada apaan, bikin takut aja si bapak cuma mau kasih undangan ke papa ternyata'.
Bruk!!!
"Aduh. Eh maaf", kata Mario.
Mario menunduk dan membantu merapikan tugas yang jatuh dilantai.
"Maaf ya aku gak sengaja, aku gak lihat, beneran".
"Iya, gak apa-apa. Lain kali diperhatikan jalannya".
"Ya maaf, ini makalahnya". Mereka saling pandang dan Mario terbius dengan kecantikan Silvi sampai terbengong.
'Cantik banget. Gue gak pernah lihat dia sebelumnya, masa sih di jurusan sastra Indonesia ada yang secantik ini?', kata Mario dalam hati.
"Heh, ngapain bengong?"
"Eh gk kok. Sekali lagi maaf ya. Kamu gak apa-apa kan? Kalau ada yang sakit aku antar kamu ke ruang kesehatan".
"Aku gak apa-apa kok tenang aja".
"Oya kamu mau kemana? Aku anterin ya hitung-hitung ini nebus rasa bersalah aku ke kamu, karena udah nabrak kamu tadi".
"Aku mau ke ruang dosen. Gak apa-apa aku bisa sendiri kok, makasih".
"Udah gak apa-apa, aku anterin aja. Sini aku bawain setengahnya biar kamu gak susah jalan", kata Mario.
Mulai saat itu hubungan mereka semakin dekat sampai Silvi memiliki perasaan suka pada Mario tapi tidak dengannya Mario hanya menganggap wanita itu hanyalah boneka yang bisa dimainkan setelah bosan dia akan cari yang baru.
"Chika, ada yang mau gue omongin sama loe penting banget", kata Silvi.
"Apaan Sil?"
"Gue suka sama Mario. Menurut loe dia suka juga gak ya sama gue?"
"Ya mana gue tahu. Lagian loe kenapa sih suka sama cowok kayak dia, gak ada yang lain gitu?"
"Cinta gak bisa dipaksa, dipilih sama siapa kita mau, cinta datang karena dia tahu seseorang membutuhkannya, gimana sih loe", kata Slvi sebel.
"Ya gue tahu tapi jangan dia juga dong".
"Emang kenapa sih Chik? Loe gak suka banget sama dia, apa loe udah suka duluan sama dia?"
"Gue? Yang bener aja loe, gak lah. Gue gak pernah suka sama tu orang, ih amit-amit deh. Sil, loe kan pinter ya masa urusan ginian aja loe bego sih? Sil dia bukan pria baik-baik, percaya sama gue. Loe cuma jadi mainan dia aja. Udalah ngapain sih loe mau berurusan sama tuh orang, ntar kita cari yang lebih baik masih banyak kok".
"Chika, gue maunya sama Mario gak mau sama yang lain. Mungkin perasaan loe aja kali, udah ah pokoknya gue tetap sama pilihan gue karena gue yakin sama pilihan gue".
"Yakin salah maksud loe kali", jawab Chika.
"Terserah loe deh gue udah nasihatin loe ya", lanjut Chika.
Tepat satu bulan mereka saling kenal, Mario mengajak Silvi jalan. Mereka nonton bioskop dan ke taman yang belum pernah didatangi Silvi sebelumnya. Drrtt!!!
"Halo Silvi. Ini aku Mario, aku mau ajak kamu sabtu ini jalan. Itu juga kalau kamu gak keberatan sih".
"Boleh, kebetulan sabtu ini kuliahku gak padat".
"Ya udah aku datengin kamu ke kelas ya. Sampai ketemu Sil, bye".