“HAAAIIIDDDDAAAARRRR.” Sebuah suara melengking dari seorang wanita tua. Raut wajahnya dipenuhi rasa amarah atas semua fakta yang kali ini dia ketahui. Semua orang langsung mengelilingi perempuan itu. Fatimah langsung mendekati putranya yang berusia hampir setengah baya. Entah apa yang kali ini membuat sang bunda begitu marah.
“Mama, kenapa marah begini sih?”
“Apa ini?” Sebuah video dan beberapa foto langsung disodorkan. Semua orang terkejut, kecuali Reno. Dia yang berhasil membongkar semua yang majikannya lakukan di luar rumah. Orang yang dia ingin hidupnya hancur atas apa yang pernah dia lakukan.
“Mama. Bagaimana Mama mendapatkan video itu?”
“Video ini sudah tersebar di perumahan kita. Dan kamu berbuat hal yang begitu memalukan.” Haidar terdiam. Tak ada yang bisa dia katakan melihat semua amarah dari sang mama.
“Kudengar jika selingkuhan Mas Haidar sekarang sedang hamil. Usia kandunganya mendekati enam bulan. Enam bulan.” Suara lain terdengar dari arah berbeda. Bagas berjalan dengan begitu santai. Dia tersenyum dan mendekati Fatimah.
“Sebentar lagi mereka akan datang ke rumah ini.”
“Pasti akan meminta pertanggung jawaban dari kamu. Hadapi mereka! Mama akan mengawasi kamu.” Haidar sendiri bergetar hebat. Halimah – sang istri – tak bisa percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan mertuanya. Namun, Bagas sendiri langsung menyodorkan video dan beberapa foto yang menunjukkan keintiman mereka.
“Bagaimana Mbak Halimah? Kau masih belum percaya? Terserah Mbak Halimah sih. Tapi, bukti ini sudah tersebar ke seantero perumahan ini. Pak Lurah juga sudah tau dengan kelakuan liar dari suamimu.” Bagas tersenyum melihat sang kakak begitu terpojok. Entah apa yang kali ini harus dia lakukan.
Halimah mengingat semua kenangan yang pernah dia lakukan dengan sang suami. Dia berhasil merebut suaminya dari istri tuanya. Akan tetapi, kali ini sang suami justru jatuh ke pelukan perempuan lain.
“Mbak Halimah, walaupun aku tak pernah tinggal bersamamu, bukan berarti aku tak tau bagaimana liarnya kamu dengan lelaki itu. Aku tau semuanya.” Bagas sendiri langsung meninggalkan Halimah dan Haidar. Bersama Reno, mereka tersenyum dengan awal dari kehancuran keluarga itu.
Tak lama, suara bel berbunyi. Seorang perempuan yang jelas terlihat jika sedang hamil dan dua orang yang lebih tua. Mereka ingin membuat perhitungan atas kelakuan dari tuan rumah.
“Tak perlu panjang lebar. Kau harus tanggung jawab atas bayi yang aku kandung!” Keisya langsung mengatakan semuanya. Halimah sendiri berusaha membantah apa yang dikatakan oleh perempuan muda itu. Dia tak bisa seenaknya masuk ke rumahnya.
“Mbak Halimah, kenapa kau begitu marah? Apakah kau tak ingat bagaimana kau membuat Mas Haidar berpaling dari Mbak Agni? Kau lupa dengan kejadian itu?” Bagas langsung membuka semua rahasia tentang sang kakak.
“Jaga ucapanmu Bagas!”