Halimah terdiam di tempatnya. Kenapa dia selalu kalah dengan perempuan itu? Apa istimewanya perempuan itu? Mengapa mama mertuanya begitu menyayangi Agni yang kali ini sudah meninggal?
Reno sendiri yang sudah memastikan Fatimah beristirahat langsung menuju kamarnya. Halimah sendiri langsung menghentikan langkah Reno. Dia tak ingin jika anak itu menjadi biang masalah di rumah ini.
“Jangan coba-coba menciptakan masalah baru di rumah ini! Kau tidak tau bagaimana dulu ibumu aku singkirkan dari tempat ini. Kau akan bernasib sama seperti ibumu.” Halimah sendiri tanpa berpikir panjang mengeluarkan ancaman itu. Reno sendiri hanya menatap perempuan itu.
“Maaf Nyonya, kenapa anda tidak ngaca? Yang menjadi biang masalah selama ini kan anda. Kenapa malah menuduh saya yang macam-macam?”
“Dasar anak gak tau malu.” Halimah hampir saja menampar Reno akibat kesal dengan kata-kata yang dia keluarkan.
“Cukup Mbak Halimah! Beraninya kau sama anak kecil.” Bagas sendiri langsung mendekat dan menggagalkan sang kakak untuk menampar Reno. Dia tak akan pernah ikhlas Reno disakiti oleh kakaknya.
“Bagas?”
“Apa kau belum puas menyakiti ibunya? Apa kau belum puas membuat dia tak merasakan kasih sayang dari orang tuanya?” Suara Bagas langsung meninggi. Sontak, apa yang terjadi malam itu membuat Fatimah terbangun. Dia yang hampir saja tertidur langsung terbangun mendengar keributan di depan tempatnya istirahat.
“Ada apa ini? Kenapa kalian ribut malam-malam begini?”
“Bu Fatimah, apakah ibu mencari menantu yang kurang ajar seperti ini? Tanpa tau salah Reno dimana, dia ingin menampar Reno. Bahkan, dia mengatai Reno yang tidak-tidak.”
“Siapa yang mengatai anak ini yang tidak-tidak. Dia kan yang menyebarkan video suamiku.”
“Cukup Halimah! Video suamimu yang sedang melakukan perbuatan itu aku dapatkan dari warga sekitar. Bahkan pihak balai desa sudah tau. Suamimu sudah terkenal dengan semua perbuatan mesumnya.” Halimah sendiri terdiam dan tak berani mengatakan apapun.
“Mbak, dengarkan apa yang bu Fatimah katakan!” Bagas sendiri meminta Reno untuk beristirahat. Tapi, Reno sendikri ingin memastikan kalau Fatimah bisa beristirahat terlebih dahulu.
“Gak usah sok cari muka! Biar aku yang menemani Mama.”
“Sudah Halimah! Justru kau yang tidak perlu cari muka. Aku lebih percaya dengan anak ini. Menantu yang aku sayangi saja sudah kau bunuh, apalagi aku. Reno sudah membuktikan kalau dia bisa menjaga martabat seorang perempuan.” Fatimah langsung menutup pintu dan membiarkan Reno yang menemaninya.
Halimah hanya bisa menangis. Entah apa yang bisa dia lakukan. Sang suami sekarang juga entah keluar kemana? Sejak pertemuannya dengan keluarga dari selingkuhannya, dia belum juga pulang.
‘Mas, apakah gadis lebih berharga dari istri sahmu? Apa kurangnya aku?’ Halimah menatap keluar. Langit malam yang begitu cerah sama sekali tak menggambarkan suasana hatinya. hatinya begitu hancur. Dia begitu sakit mendapati sebuah kenyataan yang sekarang sedang terjadi.
“Mbak Halimah. Apa kabar?” Bagas sendiri langsung menemui Halimah yang tengah sendiri. Senyuman mengejek sengaja Bagas keluarkan mengetahui apa yang sang kakak alami.
“Apa maksudmu Bagas?”