Bagas sendiri langsung turun. Sebelum turun, dia sempat dihadang Reno yang ingin sekali membuat seorang Halimah bertekuk lutut dihadapannya.
“Reno, jangan gegabah! Kita harus main cantik dengan mereka. Tahan dulu semua amarah itu!”
“Sampai kapan Kak? Aku sudah gak sabar.”
“Ikuti dulu permainanku! Aku tau kau sudah tidak sabar. Ada saatnya, kita menghancurkan semua yang ada di rumah ini.” Reno hanya bisa menuruti apa yang Bagas katakan. Dia sendiri melihat apa yang Bagas lakukan pada mereka berdua.
“Mas Haidar, sepertinya kau sudah memilih tukang fitnah menjadi istrimu.”
“Apa maksudmu Bagas?”
“Betul kan? Menuduh seorang tanpa ada bukti yang kuat.”
“Aku yakin, Reno yang mencuri uangku.”
“Apakah ada bukti yang kuat? Bukankah, kalian berdua ada dalam kamar ketika Reno membersihkan ruang kamar kalian?”
“Pasti dia masuk lewat jalan lain.”
“Cukup Halimah! Keterlaluan kamu. Kamar itu dipasang cctv. Baru saja kita cek video beberapa waktu terakhir. Tak ada hal yang mencurigakan dari Reno. Jangan mengada-ada kau!” Haidar sendiri naik pitam dengan ngototnya sang istri. Dia sendiri sudah mengecek cctv dan memang tak ada satu bukti pun yang mengarah pada pembantunya itu.
“Aku gak kaget sih dengan istrimu yang satu ini. Dulu kan, Mbak Agni diginikan juga. Difitnah dan buktinya dibuat-buat.” Bagas sendiri berusaha memanas-manasi keluarga itu. Halimah sendiri ingin sekali menampar Bagas, tapi dihalangi oleh Fatimah.
“Kenapa kau mau menampar Bagas? Memang benar kan kau yang membuat bukti palsu itu? Agni saat itu sedang sakit dan kau tuduh berbuat hal yang tidak-tidak.” Halimah sendiri kali tak bisa diam. Dia menagih bukti yang dimiliki keluarga dari sang suami.
“Halimah, aku saat itu sedang ada di tempat ini. Rumah ini sudah ada cctv sejak lama. Pembantu juga berkeliaran di wilayah dapur hingga ruang makan. Tak satupun diantara mereka yang mempercayai perkataanmu.”
“Tapi Mas Haidar mempercayaiku Ma.”
“Itu karena kebutaan suamimu saja. Buta akan cinta dari perempuan semacam dirimu.” Fatimah sendiri menjeda kata-katanya.
“Haidar, seharusnya kau tidak menerima wanita ini masuk ke rumah ini.” Fatimah sendiri langsung beranjak pergi. Haidar sendiri meminta apa yang harus dilakukan kali ini.
“Maaf Bu Fatimah, ini hanya sekedar saran saja. Persilahkan anakmu poligami sekali lagi. Aku yakin Mas Haidar akan membuktikan jika dirinya tak melakukan kesalahan yang sama.” Fatimah sendiri tak bisa berpikir untuk kali ini.
“Kenapa aku harus mengizinkannya poligami? Itu urusannya dia. Mau poligami atau tidak, tak butuh izin dariku. Dia sudah dewasa.”
“Ibu, tapi bagaimanapun kan anak lelakimu butuh nasihat dari ibunya.”
“Terserah kamu. Tapi pastikan kalo perempuan yang kau bawa masuk adalah perempuan baik-baik.” Fatimah sendiri langsung pergi. Bagas hanya tersenyum mendengar hawaban dari Fatimah.
“Bagas, aku gak tau harus bagaimana. Mama sendiri sepertinya sudah begitu kecewa denganku.” Haidar sendiri terdiqm dan menatap adik iparnhya. Adik ipar yang terkenal begitu bijak.