DENDAM (kau buat ibu kami menangis, kuhancurkan keluargamu)

Zainur Rifky
Chapter #7

perdebatan

Sore harinya, tampak sebuah mobil asing masuk halaman rumah itu. Reno sendiri yang saat itu sedang berada di halaman rumah spontan mendekat dan membuka pintu mobil. Keluar seorang lelaki yang begitu menawan. Seorang pemilik perusahaan yang begitu disegani di wilayah itu.

“Pak Wisnu, ingin bertemu siapa?”

“Bertemu dengan tuan di rumah ini. Panggilkan mereka!” Reno sendiri langsung masuk dan mengatakan kedatangan Wisnu di rumah ini.

“Pak Wisnu?” Haidar sendiri terkejut dengan apa yang Reno sampaikan. Halimah sendiri tampak gelisah dengan kedatangan lelaki itu.

“Iya Pak. Beliau ingin bertemu Anda dan kedua istri Anda.” Reno sendiri terdiam dan menunggu perintah dari Haidar.

“Baiklah. Siapkan minuman untuk kami.” Reno sendiri langsung pergi dan melaksanakan apa yang diperintah oleh Haidar. Dari kejauhan, dia melihat kegelisahan dari raut wajah Halimah. Dia tau, pasti dia tak menyukai kehdiran juragan itu ke rumah ini.

“Kita temui tamu kita!” Keisya sendiri mengikuti langkah sang suami. Tidak seperti Halimah yang masih mematung dan tampak begitu gelisah.

“Mbak Halimah, kenapa masih berdiri dan diam saja? Suami kita meminta kita menemui tamu.” Halimah sendiri terkejut dengan apa yang Keisya katakan. Dia sendiri berusaha tenang dan tak terjadi apa-apa dalam hatinya. Keisya sendiri tersenyum melihat Halimah sepertinya menyembunyikan sesuatu dalam hatinya.

“Diam kamu Bocah. Jangan coba-coba untuk membuat emosiku naik.”

“Bagus dong. Jadi suamimu tau siapa kau yang sebenarnya. Jangan pernah remehkan aku. Aku mungkin masih muda, tapi aku tau semua yang pernah kau lakukan.” Keisya sendiri melirik sang suami yang mulai duduk.

Wisnu sendiri menatap ketiga orang dihadapannya. Pemandangan yang begitu jarang dia lihat. Seorang suami yang tinggal dengan dua orang istrinya. Dia memuji kerukunan mereka.

“Hanya sementara Pak. Mungkin beberapa hari lagi Keisya akan saya bawa ke salah satu rumah saya yang lain. Bagaimanapun, mereka harus tetap hidup terpisah.” Reno menjelaskan seadanya. Wisnu harus mengakui jika Halimah begitu tak terima dengan apa yang kali ini terjadi padanya.

Haidar dan Wisnu saling bicara terkait bisnis yang mereka kerjakan. Dia juga bercerita terkait usaha yang akan dia hibahkan untuk Keisya yang jumlahnya begitu fantastis. Halimah sendiri yang sakit mendengar pembicaraan itu langsung pergi.

“Mbak, kok pergi? Gak izin dulu sama suami?” Keisya langsung menyahut saat Halimah memutuskan untuk berpindah tempat. Halimah sendiri tak menggubris apa yang Keisya bicarakan.

Haidar sendiri membiarkan Halimah pergi. Dia tak begitu memperdulikan gerak-gerik perempuan itu selama mengobrol dengan Wisnu.

Setelah pembicaraan itu selesai, Wisnu meminta izin untuk berbicara empat mata dengan Halimah. Ada sesuatu yang kali ini harus dibicarakan.

“Boleh Mas?”

“Silahkan!” Haidar sendiri langsung memanggil Halimah dan membiarkan mereka untuki bicara berdua. Selama ada di dalam rumah ini, semua tidak akan menjadi masalah. Halimah sendiri tak berani untuk nmenatap lelaki yang ada dihadapannya.

“Halimah, bagaimana rasanya mendapat madu yang begitu manis?” Tak perlu basa-bnasi dan membuang waktu, Wisnu langsung mengeluarkan pertanyaan itu. Pertanyaan yang menjadi pemnbuka pembicaraan mereka.

“Kenapa kau bertanya seperti itu? Kau mau mengejekku?” Halimah langsung menatap Wisnu dengan tajamnya.

“Santai dong Halimah. Tak perlu marah seperti itu.”

Lihat selengkapnya