“Aku bukannya gak tau apa yang kalian lakukan di rumah ini. Aku peringatkan kalian menyerah saja! Bagaimanapun, kalian tak sebanding denganku. Ibu kalian tidak sebanding dengan keluargakyu yang kaya.” Suara Halimah meninggi ketyika mengingat apa yang terjadi di masa lalu. Bagas sendiri langsung pasang badan terkait apa yang baru Halimah ungkapkan.
“Keluarga kaya tapi hasil ngerampok. Merebut suami orang dan hartanya sekalian. Sang madu tak dikasih apapun dan kau usir. Malu dong kalo begitu. Harusnya, kau membantu Mas Haidar dari bawah. Seperti Keisya. Eh lupa, kalian kan pelakor beda kasta.” Bagas sendiri menyerang Halimah dengan begitu sengit.
Halimah sendiri langsung terdiam sejenak. Tak lama, kondisi Aisyah sendiri semakin menurun. Kondisinya turun begitu cepat dalam waktu tak lama. Halimah sendiri langsung memanggilkan dokter yang menjadi langganannya.
“Baik Bu! Saya akan berusaha melakukan yang terbaik.” dokter memberikan beberapa tindakan. Dia sendiri akhirnya mengatakan jika Aisyah telah keracunan. Semua tercengang, terutama pembantu yang tadi mengantarkan makanan.
“Yang membuat makamnan untuk mamaku siapa?”
“Maaf Nyonya, tapi saya benar-benar tidak tau apapun jika tercampur racun.”
“Kau ini bagaimana? Kenapa kau tidak mencicipinya terlebih dahulu?” Semua orang yang ada di tempat itu terdiam. Halimah sendiri begitu emosi dan langsung memecat pembantu itu.
Simbok akhirnya pergi malam itu juga. Dia hanya bisa menangis dan entah harus berbuat apa. Reno sendiri langsung mendekat dan meminta Simbok untuk tutup mulut. Dia juga memberikan sejumlah uang untuk wanita tua itu.
“Saya minta maaf untuk hari ini. Tapi, memang sebaiknya kau harus pergi. Aku tak mau Simbok harus terlibat dengan apa yang akan terjadi.
“Tapi Mas, kalo Nyonya melaporkan saya bagaimana?”
“Itu tidak nakan terjadi. Tugas Simbok sekarang pergi dari sini! Jangan pernah kembali ke wilayah ini! Pergilah ke tempat ini!” Simbok akhirnya memilih pergi dan mengikuti semua yang Reno minta.
“Tempat apa ini Mas?”
“Itu tempat kursusnya Mas Faris. barangkali dengan kemampuan memasak Simbok, bisa membantu mereka.” Simbok hanya biusa mengiyakan.
“Terima kasih Mas.”
“Hati-hati di jalan! Terimakasih atas kerjasamanya hari ini! Semoga Simbok mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dari kemarin.” Bagas dan Reno hanya tersenyum melihat pembantu kepercayaan Halimah pergi. Mereka akhirnya kembali masuk dan melihat Halimah menangis.
‘Pembantu kepercayaanku tega melakukan semua ini. Ada apa ini? Kenapa semuanya begtu cepat berubah.’ Reno sendiri langsung pergi tanoa peduli dengamn kondisi Halimah.
***
“Semua sudah berubah Bunda. Aku perlahan akan menghancurkan keluarga mereka. Mereka harus merasakan apa yang pernah Bunda rasakan.” Reno menatap nisan yang terpampang jelas nama ibunya. Nama yang selalu membuat hati Reno penuh sesak.
“Semua harus terbalaskan.” Reno tersenyum. Senyuman yabng menyimpan luka dan amarah yang segera ingibn doa balaskan.
Di tempat lain, Bagas sendiri hanya terdiam. Dia tau apa yang Reno rasakan ketika mengingat sosok sang ibu. Hal itu yang juga dia rasakan. Itulah sebabnya dia menjalin kerjasama dengan Reno untuk membalaskan semua yang terjadi.
‘Ren, apa yang kau rasakan juga aku rasakan. Kita satu luka.’ Bagas mendekati Reno yang sedang menangis. Dia ingin Reno tak lagi menangis untuk hal itu.
“Kita pulang. Masih banyak hal yang harus kita lakukan.” Reni hanya mengiyakan ajakan Bagas.