“Bagas, bagaimana ini?”
“Ini salahmu sendiri. Kenapa kau justru menerima perempuan lain ke dalam rumahmu?” Haidar sendiri terdiam. entah bagaimana caranya agar semua harta yang dia miliki bisa dia pertahankan.
“Mas, istrimu itu orangnya serakah. Aku tau betul bagaimana dia. Harta dari papaku, hampir saja habis diembat oleh wanita yang sekarang tak berdaya. Sepertinya sekarang, dia akan merampas semua harta yang kau miliki.” Haidar sendiri masih berpikir bagaimana caranya untuk menghadapi Halimah.
Bagas sendiri langsung mendekati Keisya. Dia ingin membuat panas hatinya agar berhasil mempertahankan harta yang akan direbut oleh Halimah dan semua saudaranya.
“Ini semua masalah bayi yang kau kandung. Walaupun dia anak hasil luar nikah, tapi dia berhak kau perjuangkan masa depanya.” Keisya sendiri mengiyakan apa yang Bagas katakan.
“Apa yang harus kau lakukan?”
“Manfaatkan perhatian dari Haidar. Pengantin baru biasanya masih hangat-hangatnya. Aku melihat jelas bagaimana perhatiannya dia padamu.” Keisya sendiri masih kebingungan. Dia sendiri sebenarnya juga bertekad untuk menggagaolkan Halimah untuk melancarkan niat buruknya.
“Keisya, kau mau kan?”
“Aku pasti mau.”
“Bagus.” Bagas sendiri meninggalkan perempuan malang itu sendirian. Dia sendiri begitu senang dengan kepolosan istri Haidar yang satu ini.
“Dasar wanita polos. Bisa-bisanya kau mengiyakan. Sekarang, tungu juga kehancuranmu Keisya!” lirih Bagas sambil tersenyum.
***
“Apa yang ingin kau katakan?”
“Aku hanya ingin kau membantuku. Aku ingin keluarga ibu tiriku dan maduku hancur. Kau bisa kan?”
“Oke Mbak. Pastinya, aku dapat komisi kan ya?”
“Masalah komisi gampang. Harta Haidar banyak. Gak akan habis sampai tujuh turunan. Aku pasti akan berbagi hartanya padamu.” Halimah dan Seno sendiri tersenyum dengan apa yang mereka bicarakan. Kesepakatan untuk menyingkirkan Reno dan Bagas.
Halimah sendiri puas dengan kesepakatan yang dibuat pagi ini. Dia sendiri langsung pergi dan tersenyum. Pasti tak lama lagi Bagas dan bocah ingusan itu bertekuk lutut padanya.
Tanpa Seno sadari, ada orang yang mengawasinya. Tiba-tiba saja, Seno langsung dibekap dari belakang. Seno akhirnya lemas. Dengan mudahnya, mereka membawa Seno menuju sebuah tempat yang sama sekali tak diketahui Halimah.
Seno sendiri pingsan hampir setengah hari. Dia begitu kaget ketika berhadapan dengan Wisnu, pengusaha besar yang tengahj tersenyum padanya.
“Seno, masih hidup kau rupanya.” Seno sendiri begitu takut dengan apa yang sedang Wisnu lakukan. Ada hal yang tidak beres yang akan menimpanya.
“Apa yang akan kau lakukan? Jangan melukaiku!”
“Ucapkan sekali lagi!”
“Kumohon jangan melukaiku!”
“Kau memohon agar aku tak melukaimu. Tapi, kau sudah berencana melukai orang lain. Bagaimana ya ini? Sepertinya, aku tak bisa mengabulkan permintaanku.” Wisnu tersenyum melihat pemuda yang sedang di hadapannya ketakutan.
“Kenapa? Kau takut? Kenapa harus takut?”
“Maaf Pak Wisnu. Tapi, apa yang kau mau dariku?”