Aku tersadar dari pingsan. Masih berada di tempat ini. Melihat mereka berjaga dan terus melotot kearahku, aku sendiri merasa takut. Apa yang bisa aku perbuat kali ini? Tak ada kuasa kali ini. Sama sekali tidak ada. Tidak seperti dulu saat masih menjabat.
Kali ini, aku hanya bisa memohon agar mereka bisa dilepas begitu saja. Mereka sendiri membentakku. Aku sama sekali tak berdaya dengan mereka. Anak buah suruhan entah siapa begiytu berani menggertakku.
“Selama tidak ada perintah melepaskan mereka! Kami tidak akan pernah melepaskan mereika berdua.”
“Aku minta tolong! Apa kau tidak kasihan dengan kondisi mereka yang seperti ini?”
Aku berusaha menyentuh Nurani mereka. Tapi, semuanya terasa sia-sia.
“Maaf, tapi jika kami melepas mereka begitu saja, Nasib anak dan istri kami bagaimana? Tuan kami bisa membunuh mereka terlebih dahulu sebelum kami.” Aku akhirnya menyerah. Hanya tangis yang bisa aku lakukan. Tak ada yang bisa aku perbuat untuk kedua anak yang dulunya aku banggakan. Melihat mereka berdua kondisinya seperti ini, aku tak tega.
“Papa.” Suara Ali yang lemas memanggilku. Dia begitu kesakitan setelah penyiksaan yang dilakukan Reno sebelum aku datang ke tempat ini.
“Apa yang terjadi pada kalian? Kenapa bisa seperti ini?” Terlihat Seno dan Ali menangis. Aku tau, mereka pasti kesakitan dengan apa yang ada pada tubuhnya.
“Aku hampir dibakar. Reno menyulutkan korek api ke beberapa bagian tubuhku. Dia sama sekali tak kasihan denganku yang kesakitan ini.” Seno sendiri mulai mengadukan apa yang dilakukan Reno padaku. Aku sendiri mendengar semua yang Seno ceritakan hanya bisa menangis. Tak disangka, ada seorang pemuda yang menaruh dendam pada keluargaku selain anakku sendiri.
“Aku juga dapat pukulan dari anak itu Pa. Dia kasar banget.” Seno kembali melanjuytkan ceritanya. Beberapa luka yang ada dalam tubuh Seno menunjukkan beberapa bekas pukulan dan tendangan yang bertubi-tubi.
“Papa, Reno juga menyiksaku. Bahkan dia lebih sadis ketika menghadapiku.” Ali sendiri juga bercerita. Cerita yang hampir sama seperti yang diceritakan oleh Seno. Aku sendiri hanya bisa menangis mendengar itu semua. Kejadian yang begitu mengerikan dalam hidup mereka.
Tak lama, terdengar pembicaran beberapa orang. Sepertinya ada seseorang yang datang ke tempat ini. Siapa itu? Sepertinya penjaga di tempat ini begitu menghormati lelaki muda itu?
“Mas Reno, apakah lelaki itu tidak diikat saja? Nanti kalau dia sampai kabur dan membocorkan lokasi ini bagaimana?”
“Tidak perlu. Lelaki yang dibawa Kak Bagas biarkan saja terlepas. Pasti dia sudah memperhitungkan semuanya.” Terlihat mereka hanya mengiyakan apa yang dibicarakan oleh lelaki itu.
Aku mendengar samar-samar apa yang mereka bicarakan. Terlihat jelas jika pemuda itu marah dengan anak-anakku. Apa salah mereka? Kenapa dia bisa semarah itu?
“Maaf Mas, tapi apa tidak dipikirkan lagi untuk lelaki itu?”
“Tidak perlu. Tugas kalian sekarang berjaga di tempat ini sesuai apa yang diperintyahkan atasan kalian. Laksanakan dengan baik!” Mereka terlihat hanya bisa mematunhi apa yang pemuda itu katakan.
Tak berselang lama, seorang lelaki yang seusia dengan suami Halimah mengajaknya masuk ke sebuah mobil. Mereka entah mau kemana setelah ini?