Samsir sendiri hanya bisa terdiam melihat apa yang dilakukan oleh Halimah. Perempuan yang sama sekali tidak bersalah harus menjadi korban dari anak yang selama ini dia banggakan.
“Bagaimana Pa? Papa puas dengan apa yang mereka lakukan?”
“Bagas.” Samsir terus menangis dan ingin sekali bersimpuh. Dia ingat betapa dia memanjakan anak dari Aisyah dan memperlakukan Bagas sangat tidak layak.
“Aku masih ingat bagaimana kau memperlakukanku dengan mama. Dan hasilnya, mereka menjadi seperti ini. Sekarang, nikmati permainan yang akan aku lakukan!” Bagas sendiri tertawa dengan begitu senangnya.
“Bagas, jangan lakukan itu!”
“Ulangi sekali lagi!”
“Jangan Bagas! Sekali lagi papa mohon jangan kau lakukan itu!”
“Kenapa kau melakukan kebiadaban pada mamaku?” Bagas sendiri bertambah murka. Suaranya meninggi dan membuat Samsir hanya bisa menangis.
“Gak ada gunanya semua yang kau lakukan Nak.”
“Gak ada gunanya kau bilang? Jelas ada gunanya.” Samsir sendiri menangis dan memandangi Bagas yang amarahnya terus berkobar.
“Semuanya berguna untuk menunjukkan kalau kau sekarang hanyalah orang tua ba**ka dan gak ada gunanya.”
Braaakk
Sebuah tendangan dilayangkan Bagas dan mengenai pintu. Sontak pintu tersebut langsung tertutup dengan kerasnya. Samsir lagi-lagi tak bisa melawan. Amarah itu sudah berkobar dan tak bisa dia untuk mengendalikan amarah tersebut.
“Rasakan itu Pak! Memang enak dapat amukan dari anak sendiri.” Beberapa orang yang menyaksikan kejadian itu langsung mencemooh Samsir. Dia tau bagaimana tabiat lelaki itu yang selalu bersilat lidah untuk menguntungkan dirinya sendiri.
“Pak Samsir, kok diam aja sih? Memang kemampuannya bersilat lidah yang dulunya jadi andalan kemana?”
“Kalah dong Pak sama amarah anaknya. Bapak tau sendiri kan Bagas itu selama ini jadi jongos. Mamanya tau gak, diperlakukan kayak hewan tau.”
Gunjingan semua orang yang menyaksikan kejadian itu membuat Bagas semakin hilang kewarasan. Dia lebih menjadi untuk menumpahkan semua amarah itu di rumah ini.
“Bagas. Cukup Nak! Cukup! Papa salah dengan apa yang terjadi pada kalian. Katakan, apa yang kau mau dariku?” Samsir langsung bersimpuh dan memohon agar Bagas mau memaafkannya. Bagas sendiri merasa jijik dengan lelaki yang ada di hadapannya.
Bagas tanpa rasa kasihan langsung melemnparkan tubuh yang lemah itu hanya dengan kakinya.
“Bagas. Anakku.”
“Jangan lagi menyebut aku sebagai anakmu! Karena kau sendiri memperlakukan aku seperti Babu daripada anak!”
Samsir terdiam dan tak bisa berbuat apapun. Dia hanya bisa menangis dan menangis. Amarah dari Bagas membuatnya sangat tak berdaya.
***
“Kau apakan papa? Kau memperlakukan dia dia seperti binatang?”
“Memang kenapa? Kau gak terima?”
“Kau ingat, dia papa kamu.”
“Dia bukan papa aku. Dia tak lebih dari lelaki yang gak tau malu. Pantas punya anak sepertimu. Perempuan ja***g yang sama sekali gak tau malu.”
“Dasar anak miskin gak tau diuntung.” Halimah hampir saja menamparnya. Tapi, tamparan itu langsung ditangkis oleh Reno yang mengetahui kejadian itu. Reno sendiri tak tinggal diam. Dia langsung menampar perempuan itu hingga terjatuh.
“Seorang lelaki yang tidak setia pada wanita yang membantunya lebih layak diperlakukan seperti binatang.”
“Apa yang kau katakan? Tidak ada yang layak diperlakukan seperti itu.”
“Lalu, apa yang kau lakukan pada ibu kami?”