Disaat yang sama, seorang wanita tengah berada dalam rumahnya. Dia sendiri ingin sekali keluar dan meminta pil yang beberapa hari yang lalu mereka konsumsi. Mereka sendiri mendekati seorang lelaki yang tak lain adalah Bagas. Bagas sendiri begitu terheran, kenapa mereka tiba-tiba mendekatinya?
“Bagas, aku ingin pil itu.”
“Pil kau bilang? Pil apa?”
“Pil yang diberikan oleh kenalanmu itu.”
“Jangan minta ke aku, minta langsung ke orangnya. Ke apartemen ketika kalian mendapatkannya.”
Wanita itu tak bisa menolak. Dia akhirnya memutuskan kembali ke tempat itu. Tempat dimanha mereka menggadaikan kesuciannya. Perempuan itu menemui seorang karyawan yang sedang bertugas.
“Mana atasan kalian?”
“Pak Baskoro maksudnya?” Wanita itu masih tak mengerti.
“Aku hanya minta bertemu dengan atasan kalian.” Seorang yang sedang berjaga itu langsung menelpon dan meminta sang atasan untuk menemui wanita yang menurutnya aneh.
“Silahkan duduk Ibu! Bapak sedang menuju kemari.” Wanita cantik itu langsung duduk. Dia tak sabar bertemu dengan lelaki yang bernama Baskoro.
“Halo Mbak Anggi. Kau mau bertemu denganku?” baskoro sendiri langsung tersenyum dengan sosok yang dia temui. Wanita cantik yang malam itu juga dia nikmati.
“Aku gak mau berlama-lama. Aku ingin pil itu.”
“Oh, ingin pil itu rupanya. Bisa sih, tapi gak gratis.” Baskoro mulai memancing. Dia ingin sekasli Anggita yang kali ini bersamanya membayar dengan uang atau dengan tubuhnya seperti kemarin.
“Apa maksudmu?”
“Ya, pil itu gak gratis. Kalau kau mau, kau bisa membayarnya dengan bekerja disini. Pekerjaanya seperti kemarin.” Baskoro hanya tersenyum dan menunggu perempuan itu mengambil keputusannya.
“Tidak.”
“Baiklah. Karena kau sudah mengambil keputisan itu. Maaf, aku tidak bisa berlama-lama. Masih banyak orang yang harus aku temui.” Baskoro sendiri langsung meninggalkan Anggita yang mematung. Dia yakin sekali jika perempuan itu akan menghentimannya.
“Tunggu! Baiklah. Aku akan membayarnya. Ambil uang ini! Cukup?” Baskoro sendiri berhenti dan melihat uang yang diserahkan oleh perempuan itu.
“Baiklah. Ambil ini!” Wanita itu langsung melongo melihat jumlah pil yang dia dapatkan. Hanya segitu?
“Hanya segini?”
“Maaf Anggita, tapi memang harga pil itu mahal. Kalau kau mau lebih, silahkan bayar lebih atau bayar sisanya dengan cara apapun.” Anggita sendiri akhirnya pulang.
Sesampainya di rumah, dia mengambil uang yang disimpan oleh sang suami dan kembali ke tempat itu. Baskoro yang melihat perempuan itu kembali langsung mendekat. Terlihat uang yang begitu banyak diberikan padanya.
“Bagus. Ambil ini!” Pil yang diterima perempuan itu begitu banyak. Anggita tampak senang dan akhirnya pergi dengan senyuman yang begitu puas.