“Ka…ka…kamu?” Iwan sendiri entah kenapa begitu takut dengan keberadaan lelaki itu.
“Kenapa Iwan? Kau takut?” Baskoro sendiri tersenyum dengan ketakutan Iwan. Seno dan Ali langsung keluar ketika merasa ada yang aneh dengan Iwan. Mereka sendiri juga kaget dengan kehadiran Baskoro. Kenapa Baskoro bisa ada di tempat ini?
“Kenapa kalian bergtiga? Apakah ada yang aneh denganku?” Baskoro sendiri hanya gtertawa melihat ketakutan mereka.
“Apa yangt kau mau dariku?”
“Yang aku mau? Bagaimana ya aku menjawabnya? Yang jelas, sekarang aku tak mau apapun selain istri kalian.” Mereka sendiri saling pandang setelah mendengar apa yang Baskoro katakan. Apa yang dia maksud? Apa Baskoro yang ada di balik video yang ditunjukkan oleh Bagas?
“Apa yang akan kau lakukan pada istriku? Apa kau yang membuat istriku sekarang seperti orang yang gak waras?” Iwan sendiri langsung mengeluarkan suara melengking. Dia tak terima sang istri dijadikan ja***g dan berani melawannya.
“Kenapa aku berani seperti itu? Sekarang aku tanya balik, kenapa kau juga tega memperlakukan banyak perempuan lain seperti yang dialami oleh istrimu?” Baskoro tersenyum melihat Iwan yang tampak kebingungan.
“Iwan, aku tau kalau uang yang kau dapatkan itu hasil jualan barang haram. Sekarang, bagaimana melihat istrimu kecanduan barang haram itu?”
“Kau.”
“Kenapa? Kau gak terima? Silahkan! Tapi ingat, istrimu sudah masuk perangkapku. Istrimu sudah ada dalam ketergantungan denganku. Sekarang, kau lihat bagaimana kau menjadi keluarga dari para korbanmu.” Baskoro sendiri langsung meninggalkan temat itu. Iwan sendiri masih saja tak terima. Bagaimanapun, dia tak rela jika orang yang dia sayangi harus mendapatkan kondisi yang seperti itu.
Beberapa orang yang melihat kejadian itu lngsung berbisik. Terdengar dalam beberapa bisikan jika mereka sedang membicarakan ketiga menantu dari Samsir.
“Pak, kau dengar kan apa yang baru dibicarakan oleh mereka? Ih gak tau malu. Dia sendiri bandar narkoba, tapi gak terima saat istri kecanduan barang itu.”
“Masa gak tau Bu. Ingat ya, bisa jadi bisnis haram itu dikendalikan oleh bapaknya. Logika aja, beberapa kali kedatangan sama pihak kepolisian, tapi kok sama sekali gak ditangkap? Pasti dilindungi bapaknya.”
“Jangan-jangan, mereka hanya memegang. Bisa jadi kan bisnis haram itu milik papanya. Gak tau malu banget ya mereka itu.”
Bisik-bisik warga berhasil membuat telinga mereka panas. Dia sama sekali tak kuat ketika menghadapi tentangga yang selalu menggunjing apa yang pernah mereka lakukan. Iwan sendiri pulang dan mendapati sang istri ingin keluar.
“Mau kemana kau?”
“Mau pergi. Ada urusan sama teman.”
“Enggak. Aku tidak akan pernah mengizinkan dirimu keluar. Aku tau kau mau kemana?”
“Emang kau siapa? Ingat ya Mas, walaupun kau ini suamiku tapi kau tak bisa seenaknya melarangku.”
“Sudah kubilang jangan keluar. Jangan membantah!”
“Oke, tapi aku minta uang sebanyak kemarin.”
“Hah. Buat apa uang sebanyak itu?”
“Kau gak perlu tau.” Iwan sendiri ingin sekali menampar Anggita. Anggita sendiri tak tinggal diam. Dia langsung melotot dan membuat Iwan mengurungkan nistnya.
“Kau mau menamparku? Tampar. Silahkan! Kau bisanya hanya marah kan selama ini? Kau hanya bisa marah dan menuntut. Tapi kau lupa dengan kewajiban sebagai suami. Apa kau sudah memberiku semuanya?”