“Mas Iwan, sedang apa kau di tempat ini?” Baskoro menegur Iwan yang tengah terdiam sambil memandangi Samsir yang entah sedang apa dengan Bagas.
“Kamu? Buat apa kamu ke sini?”
“Buat apa aku ke sini? Jelas sekali kalau aku ingin menuju rumah papamu. Kamu sendiri?” Bagas sendiri terdiam dan tak menjawab apa yang Baskoro tanyakan. Baskoro ingin sekali pergi dan tak ingin melewatkan kesempatan. Bagas masih ada di rumah itu dan Baskoro ingin membuat Samsir semakin terpojok dengan apa yang pernah dia lakukan. Iwan sendiri mencegahnya ke sana. Dia ingin banyak bicara dengan apa yang terjadi dengan sang istri beberapa waktu terakhir.
“Baskoro, aku mohon istriku. Istriku sudah sebulan ini kecanduan barang haram. Dan dia sudah jadi_”
“Aku sudah tau apa yang terjadi pada Anggita. Aku tau kalau kau sedang khawatir. Tapi satu hal Iwan, apa kau menjual barang haram dan menjadi germo selama ini membuatmu puas? Apakah kau tega istrimu menjadi korban dari germo dan bandar lain yang sebenarnya sedang kau jalani cukup lama?” Iwan terdiam beberapa saat. Dia ingat bagaimana menjaring banyak perempuan agar mau bekerja dengannya. Dia juga tak segan menyakiti mereka jika pekerjaan mereka tak sesuai dengan apa yang dia inginkan.
“Baskoro, tolong sekali ini saja!”
“Maaf Iwan. Dia yang meminta. Itu semua atas kesadaran dirinya sendiri. Devi dan Widarti juga melakukan hal tersebut atas kesadaran mereka sendiri. Itu bukan paksaan dari diriku apalagi dari Bagas dan Reno.”
“Aku tau dia pasti dijebak untuk semua ini.”
“Dijebak atau tidak itu aku tidak tau. Tapi seandainya saja mereka dijebak, kau juga sama kan? Kau juga melakukan hal itu kan?” Baskoro sendiri langsung pergi dan tak peduli Iwan yang masih ingin bicara dengannya.
Iwan sendri mengikuti Bagas. Dia yakin semua itu akan dia bawa ke rumah pribadinya. Dia ingin sekali meminta maaf dan butuh pertolongan atas apa yang terjadi pada sang istri.
***
“Reno, kamu gak bisa seenaknya ya memecat aku tanpa alasan yang jelas.” Halimah sendiri mendelik pada Reno dan tak terima dengan pemecatan dirinya dan beberap koleganya. Reno sendiri punya alasan kuat kenaa perempuan seperti Halimah harus dipecat dan tak boleh ada di perusahaan itu.
“Maaf Bu Halimah, saya tidak pernah memecat Anda tanpa alasan. Perusahaan ini adalah anak perusahaan milik Pak Wisnu. Semua kendali perusahaan ini lagi-lagi dalam kendali Pak Wisnu. Aku juga gak bisa seenaknya memecat Anda tanpa persetujuan dan evaluasi dari mereka.” Reno memandang perempuan di hadapannya dengan begitu sinis.
Halimah masih tak terima. Dia sendiri merasa jika perusahaa ituj selama ini dikelola suaminya dan dirinya berhak mendapatkan tempat di perusahaan itu. Halimah sendiri mengancam Reno jika tak mau mengembalikan semua jabatannya di tempat itu.
“Oh, kau mengancam? Baik, karena kau mengancam silahkan kau berada di tempat ini.”