Hari ini, setelah Reno bertemu dengan Wisnu dia memutuskan untuk langsung pulang. reno pulang lebih cepat dari biasanya dan ingin sekali berziarah. Segtelah apa yang terjadi hari ini, ada nrasa rindu dan sakit hati yang tiba-tyiba muncul dalam hati Reno.
“Mbak Grace, saya mohon maaf hari ini pulang lebih cepat. Kalo ada apa-apa bisa hubungi saya dan Pak Wisnu.” Grace sendiro hanya bisa mengiyakan dan memberikan semangat moril yuntuk Reno. Reno hanya bisa bersyukur dengan kehadiran orang yang begitu mendukungnya.
Tak lupa, dia juga meminta beberapa karyawan di tempatnya untuk selalu mengawasi Salsa. Dia tak mau jika kedatangan Salsa di perusahaannya akan membawa masalah baru di kemudian hari.
Reno tak butuh waktu lama untuk bisa menekan wanita itu. Setelah semua dirasa cukup, dia langsung menuju pemakaman. Sebuah makam yang selalu membuatnya menangis. Tangis kesedihan dan rindu akan perempuan yang baru beberapa tahun memberikan cinta yang begitu besar padanya.
“Bunda, kenapa semua ini harus terjadi pada kita? Kenapa semua ini harus terjadi? Kenapa kehidupan ini tidak adil pada kita? Tidak seharusnya kita mendapat masa lalu yang menyakitkan.” Tangis itu akhirnya kembali pecah. Entah apa yang terjadi, Reno selalu lemah ketika berada di samping makam Agni.
Alina yang melihat Reno yang kondisinya begitu lemah tak bisa berbuat apapun. Dia tau dari Wisnu jika keponakannya yang satu ini ingin sekali ziarah dan menumpahkan semua rindu.
“Reno.”
“Bibi. Kenapa Bibi ada di sini? Mana nenek? Bukankah nenek harus dijaga?”
“Nenek minta kau untuk segera pulang. Beliau ingin pindahan sekarang juga.” Apa yang baru dikatakan Alina membuat Reno terdiam beberapa saat sebelum akhirnya mengikuti langkah sang bibi. Jika Fatimah memintanya untuk pulang, pastinya bukan hal yang ringan untuk Fatimah hadapi.
Sebelum dia pulang, Haidar sudah mencegah dan ingin berbicara dengan Reno empat mata saja. Reno sendiri tak mau dengan alasan ada sang nenek yang butuh bantuannya.
“Reno, sebentar saja Ren. Ini masalah hak dari mendiang ibu kamu.” Reno sendiri terdiam dan menoleh pada Haidar. Serius dia ingin membicarakah hal itu padanya? Apa yang terjadi selama ini, dia masih ingat apa yang menjadi halk dari sang bunda?
“Anda tidak sedang main-main kan?”
“Reno, aku tidak sedang main-main. Ini demi kebaikan kalian juga kebaikanku. Aku ingin memberikan hak itu secepatnya.”
“Kalo begitu, kapan semua surat tanah dan harta dari dirimu menjadi atas nama dariku?”
“Reno, tidak semudah itu. Aku hanya ingin jika atas nama semua yang aku miliki akan menjadi atas nama kamu secara bertahap.”
“Kenapa begitu?”
Haidar sendiri menjelaskan jika dirinya takut dengan banyaknya perempuan yang beberapa hari terakhir ini gencar memberikan teror padanya. Dia juga taka mau Halimah sampai tau jika semua harta itu menjadi milik Reno juga Agni.