"Tuan, coba ikut aku, cepat! Atau kau tidak akan bisa melihat bagaimana permaisurimu yang sangat kau puja-puja itu sedang mengkhianatimu." Zelena menarik tangan sang raja dengan pengawalan ketat dari para pengawal kerajaan.
"Apa maksudmu, Zelena?" Rehard menghentakkan tangannya, berusaha melepaskan tarikan tangan Zelena, selirnya itu.
Zelena tentu saja tak dapat memaksanya, meski lelaki itu adalah suaminya. Suami yang hanya menganggapnya sebagai wanita pemuas nafsunya saja.
Zelena dengan senyum liciknya terus berjalan di samping lelaki itu.
"Pengawal, buka pintu kamar itu!" teriak Zelena keras.
Bruuukkk …
Pintu pun terbuka. Zelena memandang tajam pada wajah Rehard. Sambil tangannya menunjuk ke dalam kamar itu.
Rehard terdiam. Dadanya terlihat turun naik sedang menahan amarahnya. Tangannya mengepal melihat permaisurinya sedang tidur berdua dengan salah seorang kepercayaannya bernama Daroll.
"Alice!" teriaknya kencang sekali.
Selanjutnya, keduanya diseret untuk menjalani hukuman.
Daroll, pemuda tampan itu harus menjalani hukuman di penjara bawah tanah seumur hidup. Sedang Permaisuri Alice bersama bayinya, Putri Kimberley dibuang ke hutan.
Setelah melihat kenyataan istrinya melakukan hubungan gelap dengan orang kepercayaannya, akhirnya Rehard menganggap Putri Kimberley bukanlah darah dagingnya.
Zelena puas dengan kemenangannya. Sandiwara yang dibuatnya ternyata berhasil.
"Terima kasih, Josep, Michael dan Fizzy, ini untuk kalian!" Zelena pun menyerahkan kotak kecil yang berisi banyak sekali koin emas sebagai hadiah untuk ketiga orang pengawal kerajaan yang telah membantunya menjalankan semua rekayasa untuk menyingkirkan Alice dan Kimberley.