DENDAM

Ayu Komang
Chapter #2

Mita Arumi

Aku ini anak yang pendiam dan cuek. Walaupun aku anak tunggal, Papa Mama tidak pernah memanja ku. Mereka selalu membebaskan ku untuk berteman dengan siapa pun. Tak ada kekangan atau pun paksaan yang mereka lakukan pada ku. Papa dan Mama selalu percaya bahwa aku akan menjadi anak yang baik. Mereka percaya aku tidak akan mengecewakannya.

Hanya satu ucapnya setiap aku pergi bermain "Jangan lupa mengabari Mama dan Papa." Papa Mama ku akan merasa sangat khawatir kalau anaknya tidak mengabari sama sekali. Menurut ku itu wajar, setiap orang tua pasti seperti itu. Orang tua ku membebaskan ku agar aku bisa menjadi anak yang mandiri.

Papa ku orang yang sangat baik, walaupun pekerjaannya menumpuk sana sini dan berkecukupan. Papa ga pernah lupa dengan orang-orang yang ada diluar sana. Papa selalu menyempatkan waktunya untuk berbagi, aku pun diajarkan untuk berbagi. Setiap ada kesempatan Papa selalu mengajak ku untuk berbagi pada orang yang membutuhkan, terutama pada anak yatim piatu.

Banyak orang yang menganggap ku sebagai anak yang beruntung, lahir langsung mendapat kekayaan. Padahal Papa ku adalah anak yatim piatu, Ibunya meninggal pada saat melahirkan Papa. Dan disusul oleh Ayahnya, yaitu kakek ku. Meninggal karena terkena serangan jantung. Yang pada akhirnya Papa ku ini hidup sebatang kara. Tantenya sendiri aja ga mau menerima Papa. Sehingga Papa harus dititipkan di Panti Asuhan, padahal Papa pada saat itu masih bayi. Entah mengapa mendengar kisah Papa aku jadi merasa sedih. Aku juga ga punya kakek dan nenek dari Papa.

Saat aku dilairkan, kondisi ekonomi Papa dan Mama dalam keadaan kritis. Saat aku masih didalam kandungan, Papa berusaha keras mencari uang untuk biaya persalinan Mama. Kerjaan apa pun dilakukan oleh Papa, asalkan itu halal. Dihari dimana aku akan dilahirkan pun Mama harus berjalan kaki untuk sampai ke Rumah Sakit. Kata Mama Rumah Sakitnya cukup jauh, Mama juga harus menahan betapa sakit perut dan kakinya.

Mereka memilih untuk jalan karena uang yang dimiliki Papa hanya cukup untuk persalinannya Mama saja. Karena Papa ga tega lihat Mama yang begitu kesusahan, akhirnya Papa memohon-mohon ke orang untuk menumpanginya sampai ke Rumah Sakit. Untung saja pada saat itu ada Ayahnya Caca yang membantu Papa dan Mama. Dua hari setelah itu Ibunya Caca juga melahirkan anak pertamanya, yaitu Caca. Hingga saat ini aku menganggap keluarga Caca adalah keluarga ku juga.

Lihat selengkapnya