Kamar yang super duper mewah itu kini hancur berantakan, dengan mata pandanya yang mulai lagi menangis dan jika semua beban ini ia bagikan pada sahabat dan kawannya, apakah mereka akan mengeluarkan dan memberi solusi ? Ketidak percayaan dirinya membuat hati kecil yang dulu selalu tangguh kini berubah menjadi rapuh.
Menatap bintang gemintang pada malam hari dimusim kemarau adalah suatu anugrah yang tak pernah ia rasakan sebelumnya, bahkan ia merasakan menatap ciptaan tuhan yang elok itu masalah dan beban berat yang ditanggung seakan musnah separuhnya.
Kalau ia ibaratkan banyaknya bintang dimalam ini seperti banyaknya masalah dalam hidupnya dan bulan tersebut seperti jiwanya yang satu, banyaknya bintang dimalam ini silau menyinari bulan, namun apakah bulan akan pulang kerumah antah berantah, hanya karena dimalam ini sinar bintang telah menyinari seluruh permukaan angkasa dan tak butuh lagi sinarnya ? Nyatanya tidak, bulan akan tetap menyinari dan menemani para bintang.
Bulan mengapa engkau selalu setia menemani malam hari yang gelap gulita ? Dimusim apapun itu, apakah sifatku harus aku rubah seperti sifatnya bulan, yang tipenya kesetiaan ?
Mungkin iya, sifatku harus berubah. Aku akan mencoba menelpon seorang sahabat,
"Halo ada apa ya fat ?"
"Oh iya kamu lagi sibuk enggak sih din ?"
"Enggak deh kayaknya"
"Eh boleh enggak nih aku curhat kekamu ?"
"Masa iya enggak boleh, akukan sahabat kamu, kan aku juga sering curhat kekamu."
"Ya udah langsung aja deh, jadi gini ceritanya : aku sesudah kelulusan mau langsung didaftarin sama orang tua ke sebuah lembaga yang namanya pesantren..
"What ? Pesantren ? Masa iya sih sahabatku yang manis ini mau dimasukin ke lembaga yang seperti itu ?!"
"Iya suerdeh, aku juga enggak ngerti jalan pikirnya ibu sama ayah, alasan merekasih buat bekal dialam sesudah kematian."
"Eh masih aja tuhya ibu sama ayah kamutuh percaya sama tahayulan yang begitu, kan kata pak inal juga sesudah mati pasti ada reinkarnasi, coba deh kamu tanyain lagi soal masuk kepesantren tapi dengan tingkat keseriusan yang tinggi, bisa nggak muka kamu harus ada efeknya sambil memelas kasihan ?"
"Hey ! Udah tiga tahun sama-sama masa iya lupa sama sifatku yang enggak pd-an"
"Oh iya ya, lupa aku say"
"Huh dari dulu kerjaannya lupa mulu !"
"Terus cara gimana lagi coba ? Atau gini, kita cari ide semalaman ini buat nyelesain masalah ini, nah besokan kita kelulusan nih, kita bertukar ide solusi selesai acara, gimana ? Kamu mau kan fat"
"Duh pinter bener sahabatku yang punya kulit langsat ini"
"Iya dong dinda gitu, sampai ketemu besok diacara pelepasan angkatan ya fatimah ! Tapi ingat loh ! Besok bukan hari terakhir kita ya, udah dulu deh ya assalamualikum fatimah"
"Waa laikum salam dinda bye"
Tut..tut..tut..panggilan berakhir dengan teka-teki untuk dipecahkan esok hari.
***