Dengar

AlifatulM
Chapter #2

Awal Baru (2)

......

“Boleh duduk disini?” tanya seseorang tiba-tiba sambil menepuk pundakku.

“Ehh… Iya duduk aja.” aku pun langsung terbangun dari sandaran lenganku.

“Naren.” katanya lagi.

“Tita.” jawabku singkat.


Tak lama bel pun berbunyi, seorang guru memasuki kelas dan memperkenalkan dirinya sebagai wali kelas kami, pak Rudi namanya. Selanjutnya, beliau memeriksa kehadiran kelas dan mulai membahas tentang pemilihan struktur kelas serta peraturan peraturan kecil yang akan diterapkan di dalam kelas kami. Dua jam pelajaran sungguh tak terasa. Pak Rudi adalah guru yang menyenangkan. Walaupun wajahnya terlihat galak, beliau justru membuat kami banyak tertawa selama pelajarannya. Sekolah yang menyenangkan, teman yang menyenangkan, guru yang menyenangkan, ahh sungguh hari baru yang menyenangkan.

 Kelas selanjutnya adalah pelajaran bahasa Indonesia. Namun, kelas kami seperti menang undian hari ini. Bu Susi yang harusnya mengajar hari ini mendadak tidak masuk karena tiba-tiba anaknya sakit. Beliau harus mengantar anaknya ke Rumah Sakit pagi ini. Setelah bernegosiasi dengan pak Rudi, kami pun diperbolehkan menonton film di kelas menggunakan proyektor selama pelajaran kosong. Anto, yang kebetulan membawa laptop pun langsung menuju ke depan kelas dan menghubungkan laptopnya ke proyektor. Pak Rudi mengizinkan kami menonton film di kelas dengan syarat beliaulah yang memilih filmnya. Setelah menonton filmnya, kami semua juga harus menuliskan makna dari film tersebut. diketik dalam satu lembar kertas penuh ukuran A4. Awalnya kami sedikit mengeluh, tapi selanjutnya kami menyetujuinya. Aku kira, pak Rudi akan memilih sebuah film membosankan, tapi ternyata film yang dipilih pak Rudi sangat seru untuk ditonton. Kami pun tenggelam dalam film tersebut. Alangkah Lucunya Negeri Ini. Itulah film yang dipilih pak Rudi untuk kami tonton.

 Setelah dua jam berlalu, tiba-tiba terdengar alunan musik memenuhi seluruh Sekolah. Bukankah ini lagu selamat pagi milik RAN? kami semua pun bingung sambil saling mememandang satu sama lain. Awalnya kami mengira itu suara ponsel salah satu dari kami yang berada di dalam kelas, tapi kenapa juga suaranya sampai terdengar ke seluruh Sekolah? ketika Anto melirik keluar jendela, terlihat seluruh siswa berhamburan keluar kelas. Kami pun langsung tertawa karena menyadari bahwa bunyi tersebut adalah bel tanda istirahat. Bel tanda istirahatnya sungguh unik. Bagaimana bisa bel istirahatnya adalah sebuah lagu.

 

“ke Kantin?” tanya Naren padaku.

“Bawa bekal.” jawabku singkat.

“Makan di Kantin?” tanyanya lagi.

“di Kelas aja.” jawabku sambil tersenyum.

“Oke! Nanti gue makan batagor disini deh. Titip gak?”

“Jus melon deh.”

“Oke! Bentar ya!” kata Naren sambil beranjak dari kursinya dan meninggalkanku.

“Nih....” baru saja aku ingin memberi satu lembar duapuluh ribu pada Naren, tapi orang itu sudah hilang dari pandanganku.

 

Aku pun memasukkan kembali uangku ke dalam kantong sakuku dan mengeluarkan bekal nasi goreng yang aku bawa tadi. dan ……. Hey!!! ini kenapa gak ada ya??? Perasaan tadi udah aku masukin tas deh, kenapa jadi gak ada gini. Aku bingung karena tidak menemukan ponselku di dalam tas. Aku tidak mungkin lupa memasukkannya ke dalam tas kan? Pikirku. Aku terus mencari di dalam tasku tapi tetap saja benda paling penting itu tidak terlihat wujudnya.

 

“TITAA!!!!” panggil seseorang diujung pintu kelas sambil sedikit berteriak.

“Denis!!!!” kataku sambil melotot dan mengisyaratkan agar dia tidak berisik.

Lihat selengkapnya