Hari ini Denis berniat untuk mengunjungi rumah Tita. Ibu bilang, mereka akan pindah ke Jakarta hari ini. Denis berencana untuk membantu tante Putri untuk membereskan barang-barang yang akan mereka bawa ke Jakarta. Sepanjang perjalanan, Denis mulai berpikir akan secanggung apa dia nanti ketika bertemu dengan Tita. Sudah sekitar empat tahun dia sama sekali tidak bertemu dengan Tita. Tita benar-benar seperti hilang ditelan bumi beberapa tahun terakhir. Bahkan ketika ada acara keluarga besar, tante Putri hanya datang sendiri dan sepuluh menit kemudian akan pamit pulang. Padahal, keluarga besar mereka pun tidak sering berkumpul setiap tahunnya. Mama bilang, tante Putri akan berangkat sekitar sore hari, makanya Denis berangkat jam 10 pagi berharap bisa ngobrol banyak sama Tita sebelum keluarga mereka berangkat ke Jakarta. Keluarga Denis baru akan ke Jakarta minggu depan. Masih ada beberapa yang harus diurus disini termasuk Denis yang baru akan mengambil ijazah SMA besok di Sekolah.
Begitu Denis sampai di depan rumah tante Putri, dia melihat seorang gadis yang tidak terlalu tinggi dengan rambutnya yang digerai bolak balik ke dalam rumah sambil membawa kardus ditanganya dan memasukkannya ke truk pindahan. Ahh itu pasti Tita. Pikir Denis. Ternyata, empat tahun berlalu hanya membuat Tita bertambah tinggi sedikit. Rasanya, sekarang Denis jauh lebih tinggi dari Tita. Rambut Tita juga tidak sepanjang dahulu. Denis masih ingat bahwa Tita selalu menggerai rambut panjangnya walau cuaca sedang terik. Tidak lupa poni tengahnya untuk menutupi jidat lebarnya. Sekarang, rambutnya hanya sekitar sebahu dan poninya juga sudah berubah menjadi ke samping kanan.
Denis pun mulai mengetuk pintu pagar dan membuat Tita terkejut dan menoleh ke arahnya. Denis bisa melihat Tita yang menyipitkan matanya untuk melihat siapa yang mengetuk pintu pagar rumahnya pagi-pagi. Setelah beberapa saat, Denis melihat Tita yang terus memperhatikan dirinya seakan asing dengan sosok yang dia lihat. Denis langsung memamerkan senyum lebarnya sambil melambaikan tangannya.
Tita pun mulai berjalan perlahan menghampiri Denis sambil memamerkan senyum canggungnya. Ahh sepertinya Tita memang tidak mengenali Denis.
“Hey!” sapa Denis begitu Tita sampai dihadapannya.
“Iya…?” jawab Tita dengan sedikit bingung.
“Denis, Taaa….” Kata Denis lagi.
“Ahh… Mama bilang kamu akan datang.” kata Tita kemudian sambil tersenyum tipis.
Setelah Denis berhasil memarkirkan motornya, Denis langsung bertanya apa ada barang-barang yang bisa dia bantu bawakan untuk dipindahkan ke dalam truk pindahan untuk mencairkan kecanggungan yang terjadi antara dirinya dan Tita. Sepertinya Tita tidak mengingat tentang Denis. Semua itu tergambar dengan jelas dari raut wajah Tita ketika tadi dia menghampiri Denis. Tante Putri sedang tidak ada karena sedang keluar sebentar kata Tita. Hanya ada Tita dan bi Sumi di Rumah. Bi Sumi yang memang mengenal dan untungnya masih mengingat Denis langsung menyapa Denis begitu melihat Denis. Bi Sumi langsung menawarkan jus melon untuk Denis. Sepertinya bi Sumi masih ingat minuman kesukaan Denis. Jadilah Denis malah ngobrol melepas rindu dengan bi Sumi, sedangkan Tita??? Dia sibuk menata barang barang yang ada di truk pindahan. Setelah semuanya selesai dipindahkan, bi Sumi juga sekalian menawarkan Denis untuk makan siang.
“Mba Tita sekalian makan siang sama mas Denis ya… Barusan ibu telpon, katanya baru bisa pulang ke Rumah sekitar jam dua nanti. Truk pindahannya biar berangkat duluan aja. Disana sudah ada bapak juga.” jelas bi Sumi.
“Loh… Ayah udah pulang bi?” Tita malah terlihat kaget karena mendengar ayahnya sudah ada di Indonesia.
“Sudah mba, kemarin sore baru sampai Jakarta. Nanti Mba Tita ke Jakartanya setelah Ibu pulang dari Toko sama pak Beno juga.”