Denting Hitam Putih

krkawuryan
Chapter #5

Belum Waktunya

Malam itu Zul berpikir, bagaimana cara mengomentari tugas Kirana. Entah mengapa sekali ini ia ingin berbicara dengan siswanya, khususnya yang satu ini. Menurut Zul, tugas sebaik ini harus diberikan apresiasi, lebih dari itu, ia mempertanyakan bagaimana mungkin Kirana sampai tinggal kelas. Menurutnya matematika adalah logika terbaik. Jika mampu memecahkannya, pelajaran lain pun bisa dikompromikan.

Terbersit bayangan bagaimana gadis itu ditampar oleh kekasihnya. Zul tidak habis pikir bagaimana mungkin seseorang yang mencintai sampai hati memukul. Hal yang tak pernah ia lakukan kepada istrinya, di dalam mimpi pun tidak. Mungkin begitulah romansa anak muda saat ini.

Malam ini, Ilyas muncul kembali tanpa permisi. Ia sempat memperhatikan tingkah laku Zul yang agak berbeda. Serius memeriksa lembar per lembar jawaban siswanya, sebatang rokok tersumpal di bibirnya, segelas kopi bertangkar di dekatnya. Tidak ada kaleng bir ataupun botol alkohol di sekitarnya. Zul sadar sepenuhnya malam ini. Langka!

“Apa gerangan yang membuatmu begitu serius kawan?” Ilyas berucap, memecah keseriusan si guru.

“Tidak bisakah kamu mengetuk dulu sebelum masuk!” Hardik Zul.

“Sejak kapan tempat ini memiliki pintu,” balas Ilyas lalu mengambil tempat di seberang Zul. Duduk dan ikut membakar rokok, dan ikut terdiam beberapa menit, membiarkan Zul dengan keseriusannya.

“Aku senang melihatmu begini,” Ilyas kembali buka suara.

“Apa yang membutmu senang?”

“Itu.” Telunjuk Zul menunjuk ke lembaran kertas di meja di hadapannya. “Kamu kembali dengan hidupmu. Serius dengan peranmu.”

Zul tak acuh, ia kembali ke lembaran jawaban Kirana.

“Apa yang membuatmu begitu serius? Itu bukan lembaran riset barumu, kan?”

Sekali ini Ilyas membicarakan riset Zul tentang kejadian bom yang merenggut keluarganya. Memang selama ini, hanya kisah itu yang membuat Zul serius. Tumpukan dokumen di ujung ruangan ini buktinya. Belum lagi crime mapping di dinding dekat situ, mengikat satu sama lain, saling menghubung antar foto dan nama, tempat dan kejadian. Semuanya adalah riset mandiri Zul terhadap kejadian itu. Meskipun segalanya menemui jalan buntu.

Lihat selengkapnya