Denting Pilu Yang Berbisik

Temu Sunyi
Chapter #1

Pagi yang Terlambat, Tapi Penuh Tawa


"April, Pril, cepatan...

nanti terlambat!"

Teriakku dari depan rumah, dengan suara yang bercampur sedikit jengkel, sedikit cemas, dan... sedikit sayang.

"Iya… iya, mas! Gak sabaran amat."

Suaranya meluncur dari balik pintu, dengan nada ketus khas remaja yang belum tahu betapa dunia bisa kejam.

Tapi aku suka nada itu, karena itu berarti dia masih... belum tahu.

April—adik kecilku yang bawel dan sok tahu itu—akhirnya muncul,

menenteng tas yang tampaknya lebih berat dari pundaknya yang masih kecil.

Ia segera melompat ke atas motor butut kami, motor tua warisan bapak.

Bunyi mesinnya serak, seperti sedang batuk pagi-pagi... tapi setia.

Seperti bapak dulu—sering batuk, tapi tak pernah meninggalkan kami.

Kini motor ini adalah satu-satunya peninggalannya yang bisa kupeluk tiap hari.

Lihat selengkapnya