Denting Rindu Bisik Asa

Asriwin
Chapter #1

Awal pertemuan yang jadi kebiasaan

Pertemuan Tak Terduga


Aril menyukai sore yang tenang. Baginya, waktu itu adalah jeda dari rutinitas dan dunia yang berisik. Dia duduk di sudut kafe favoritnya, sebuah tempat kecil di ujung jalan dengan aroma kopi dan sebatang rokok yang menenangkan dan lampu gantung berbahan plastik berwarna kuning kecoklatan yang seolah memancarkan cahaya hangat. Di meja kayu kecil di hadapannya, tergeletak sebuah buku dengan judul "Meditasi" karya Marcus Aurelius.


Ia baru saja membuka halaman pertama ketika suara seorang perempuan memecah fokusnya.

"Permisi, tempat ini kosong?"


Aril mendongak. Perempuan itu mengenakan blus putih sederhana dan jaket warna ungu mudah, rambut panjangnya tergerai rapi, dan senyumnya—ya, senyumnya—seakan-akan mampu membekukan waktu dan tampak begitu ranum. Dia terlihat sedikit lelah, tetapi ada sesuatu dalam matanya yang memancarkan semangat hidup.


"Oh, tentu," jawab Aril, sedikit kikuk sambil menarik kursi di seberangnya.


"Makasih. Semua meja penuh. Sepertinya tempat ini cukup populer," katanya sembari meletakkan tas kecilnya di lantai.


Aril hanya mengangguk, berusaha kembali membuka halaman baru bukunya. Tapi perempuan itu berbicara lagi, lantas dia menghentikan tangannya untuk membuka halaman baru.


"Aku Istin, by the way. Kamu sering ke sini, ya?" tanyanya, dengan nada yang ramah.


Aril mengangkat wajahnya lagi, kali ini tersenyum tipis dan sedikit gugup.

"mmm iya. Tempat ini tenang, cocok buat baca buku."


Istin tertawa kecil.

"Sepertinya aku mengganggu ketenanganmu."


"Tidak juga," jawab Aril, mencoba terdengar santai meskipun ia sebenarnya tidak terbiasa mengobrol dengan orang asing, terutama perempuan.


Obrolan ringan mereka berlanjut. Dari situ Aril tahu bahwa Istin adalah karyawan baru di sebuah perusahaan yang terletak tak jauh dari kafe itu. Dia baru pindah ke kota ini dua minggu lalu dan sedang berusaha menyesuaikan diri.


"Aku senang ketemu orang yang suka baca," kata Istin sambil melirik buku di tangan Aril. "Jarang, lho, sekarang ini. Apalagi buku filsafat."


Aril tersenyum kecil.

"Ini cuma hobi. Kadang buku bisa memberi jawaban yang nggak bisa kita temukan di tempat lain hehe."


Lihat selengkapnya