Denting Rindu Bisik Asa

Asriwin
Chapter #2

Jarak yang mulai terasa

Jarak yang Mulai Terasa


Istin duduk di sudut kafe, tetapi kali ini tanpa senyuman cerah seperti biasanya. Aril datang terlambat, membawa kantong berisi beberapa makanan ringan dari toko roti di dekat situ.


"Aku pikir kamu nggak datang hari ini," kata Istin tanpa melihat ke arah Aril.


"Ada kerjaan yang harus diselesaikan tadi," jawab Aril sambil duduk di seberangnya. Dia menatap Istin sejenak, mencoba membaca raut wajahnya yang terlihat letih.


Mereka duduk dalam diam untuk beberapa saat. Aril tahu, ada sesuatu yang mengganggu Istin, tetapi ia memilih untuk menunggu.


"Pacarku marah lagi," kata Istin akhirnya, suaranya hampir seperti bisikan.


Aril mengerutkan kening. "Kenapa?"


"Karena aku nggak bisa datang ke acara keluarganya. Aku sudah bilang sebelumnya, tapi dia tetap marah."


Aril mencoba menahan diri agar tidak terlihat terlalu reaktif. "Mungkin dia kecewa karena dia menganggap itu penting?"


"Tapi aku juga punya hal penting yang harus aku selesaikan, Ril," kata Istin dengan nada frustasi. "Aku sudah berusaha menjelaskan, tapi dia nggak pernah mau mendengarkan."


Ada rasa marah yang perlahan muncul di hati Aril, tetapi dia menahannya. Dia tidak ingin terlibat lebih dalam pada masalah ini, setidaknya belum.


"Hubungan itu harusnya saling mendukung, Tin. Kalau kamu merasa selalu jadi yang mengalah, itu nggak sehat," kata Aril akhirnya, suaranya tenang namun penuh arti.


Istin mengangguk pelan. "Kadang aku berpikir begitu. Tapi aku takut... takut aku yang salah. Takut kalau aku terlalu egois."


"Kamu bukan egois," jawab Aril tegas. "Kamu cuma butuh seseorang yang benar-benar mendengarkan. Dan itu nggak salah."


Kata-katanya menggantung di udara. Istin menatap Aril, matanya penuh dengan sesuatu yang sulit dijelaskan. Mungkin itu rasa syukur. Mungkin itu sesuatu yang lebih dalam.


Lihat selengkapnya