Denting Rindu Bisik Asa

Asriwin
Chapter #4

Melangkah bersama

Melangkah Bersama


Hubungan Istin dan Aril perlahan memasuki babak baru. Setelah malam pengakuan perasaan mereka, keduanya sepakat untuk mengambil segalanya dengan perlahan, tanpa tekanan atau ekspektasi berlebihan.


Istin merasa hidupnya kembali menemukan warna. Ia mulai menikmati hal-hal kecil seperti bercanda dengan Aril, mendiskusikan impian mereka, dan bahkan berdebat ringan tentang film yang mereka tonton bersama.


Namun, kebahagiaan itu tidak lepas dari perhatian orang-orang di sekitar mereka.



---


Gosip dan Tantangan Sosial


Beberapa teman kantor mulai memperhatikan kedekatan mereka. Seorang rekan Istin, Leni, yang dikenal sering bergosip, mengomentari hubungan mereka di depan banyak orang.


"Kamu dan Aril makin sering bareng, ya? Eh, jangan-jangan kalian pacaran?" tanya Leni dengan nada menyindir.


Istin tersenyum kaku. "Kita cuma teman," jawabnya singkat, mencoba menghindari pembicaraan lebih lanjut.


Namun, gosip itu mulai menyebar. Bahkan Fajar, yang masih sering menghubungi Istin meski tidak mendapatkan balasan, mendengar kabar tersebut.


Fajar tidak bisa menahan dirinya lagi. Suatu sore, ia muncul di tempat kerja Istin, menunggunya di luar gedung. Ketika Istin keluar, dia langsung mendekatinya dengan wajah penuh emosi.


"Kamu beneran sama dia?" tanya Fajar tanpa basa-basi.


Istin terkejut melihatnya. "Fajar, ini bukan urusanmu lagi," jawabnya tegas.


"Tapi aku masih peduli sama kamu, Tin. Aku nggak bisa percaya kamu lebih memilih dia daripada aku," kata Fajar, suaranya bergetar.


Istin menghela napas panjang. "Aku nggak memilih siapa-siapa, Fajar. Aku cuma memilih diriku sendiri. Dan aku harap kamu juga bisa melakukannya."


Fajar terdiam, lalu berbalik pergi tanpa mengatakan apa-apa lagi.



---


Percakapan Mendalam


Malam itu, Istin menceritakan kejadian tersebut kepada Aril.


"Fajar datang lagi," katanya, suaranya lelah.


Aril mengangguk. "Aku nggak akan bertanya apa yang dia bilang. Tapi aku mau tahu bagaimana perasaanmu sekarang."


Istin tersenyum kecil. "Aku merasa lega. Untuk pertama kalinya, aku bisa berbicara dengannya tanpa merasa tertekan atau takut. Aku merasa seperti akhirnya bisa benar-benar melepaskannya."


Aril menatapnya dengan lembut. "Itu langkah besar, Tin. Aku bangga sama kamu."


"Terima kasih," kata Istin pelan. "Aku juga ingin bilang sesuatu ke kamu."


"Apa itu?"


Istin menatapnya dalam-dalam. "Aku nggak tahu masa depan kita akan seperti apa, tapi aku ingin mencoba. Aku ingin kita melangkah bersama, Tin."


Aril tersenyum lebar. "Aku juga, Tin. Selama kita saling mendukung, aku yakin kita bisa menghadapi apa pun."



---


Langkah Pertama Menuju Masa Depan


Hubungan mereka semakin serius. Aril mulai mengenalkan Istin kepada keluarganya, yang menyambutnya dengan hangat. Meski sempat merasa gugup, Istin akhirnya bisa merasa nyaman, terutama setelah ibu Aril mengatakan, "Kamu seperti jawaban atas doa kami untuk Ril."


Lihat selengkapnya