DENTING

Denting Project
Chapter #2

1. Terkejut

Kamis, 14 Desember 2017.

SMA Cahaya Selatan

"Liora!"

Mendengar namanya dipanggil, Liora langsung menoleh. Ia mendapati Lizzy sedang berlari ke arahnya dengan kepayahan.

"Gue kira udah telat." Lizzy membungkuk dan memegang lulut dengan napas tersengal.

"Emang udah telat kali, Lizz!" sahut Liora sebelum berlari mengejar gerbang yang hampir di tutup, meninggalkan Lizzy yang masih sibuk mengatur napas. Padahal mereka terlambat hari ini karena Liora yang bangun kesiangan.

"Tungguin gue!"

Liora berlari sangat cepat, membuat Lizzy makin kesulitan mengejar cewek itu. Sampai akhirnya Lizzy menabrak bahu seseorang yang berdiri membelakanginya setelah berhasil memasuki halaman sekolah. Namun suasana pagi ini ramai sekali, padahal bel masuk sebentar lagi berbunyi. Lizzy berusaha mencari-cari Liora saat suara jeritan terdengar dari beberapa siswi yang berkerumun di lapangan, bahkan beberapa lagi ada yang sambil menangis ketakutan. Semakin penasaran, Lizzy berusaha menyibak kerumunan. Ia mendesak dan melesak di antara gerombolan anak yang sedang mengelilingi sesuatu di tengah lapangan.

“Ada apaan, sih?” tanyanya pada seorang cowok berambut cepak di sampingnya.

"Ada yang bunuh diri,” sahut cowok itu.

“H-hah?” Lizzy membelo. “Maksud lo, beneran ada yang bunuh diri? Di sekolah ini?”

"Lo maju sana, biar bisa lihat!” perintahnya. “Ngeri banget, anjir!” lanjutnya sambil bergidik ngeri, kemudian pergi meninggalkan Lizzy.

Lizzy sadar betul ada yang tidak beres saat merasakan hawa sekolah pagi ini yang terasa begitu aneh. Namun, ia tidak bisa menebak-nebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Lizzy masih bergeming saat mendapat sentuhan lembut di bahunya. Mendadak bulu kuduknya meremang.

"Lizz, ada ribut-ribut apaan, sih?"

"Astaga!” Lizzy memekik. “Liora! Gue kirain lo hantu."

Liora mengernyit geli melihat tingkah Lizzy. Sahabatnya yang satu ini memang terkenal penakut sejak duduk di sekolah dasar. "Mana ada hantu siang-siang, Lizz," katanya sambil menarik tangan Lizzy menerobos kerumuman, "Ayo!"

“Liora, kita ja-jangan ke sana. Please...."

Lizzy meronta minta dilepaskan, tetapi Liora malah semakin menggenggam erat pergelangan tangannya. Saat mereka berhasil melerai kerumunan dan sampai di baris terdepan, betapa terkejutnya Liora dan Lizzy saat melihat di tengah lapangan basket ada sebuah mayat yang bersimbah darah dengan keadaan mengenaskan−kepalanya retak. Posisinya seperti jatuh terjengkang dari lantai atas. Melihat pemandangan mengerikan itu, Lizzy langsung bersembunyi di balik punggung Liora sambil meremas seragamnya. Sementara Liora hanya menatap mayat itu tanpa berkedip.

Dari sekian banyak siswa yang berkerubung di lapangan, Liora bisa dengan mudah mengenali siapa yang sedang terbaring tanpa nyawa di depan mereka. Mayat itu adalah Kulina, siswi kelas sepuluh yang baru dikenalnya beberapa hari lalu. Kini Liora segera menetralkan degup jantung dan menguasai keterkejutannya. Saat ia mengedarkan pandangan ke arah kerumunan di sekitar mayat Kulina, ia menyadari ada sesuatu yang aneh. Beberapa pasang mata di sana seolah menatapnya dengan sirat kebencian. Ada yang menatap sembunyi-sembunyi sambil menangis, ada juga yang menatapnya terang- terangan dengan tajam dan menusuk. Liora semakin bingung, memangnya apa yang sudah ia perbuat? Namun Lizzy yang terus meremas seragam belakangnya membuat Liora ingin segera membawa pergi Lizzy dari sana guna menenangkannya.

“Lizz, ayo kita pergi dari sini.”

Baru dua langkah beranjak, tiba-tiba saja panggilan dari Miss Madison−guru bahasa Inggris kelas sepuluh yang baru saja diangkat menjadi kepala sekolah beberapa bulan yang lalu menginterupsi langkah Lizzy dan Liora.

"Liora!" panggilnya.

Liora segera berbalik ke arah Miss Madison, "Ya, Miss?" tanyanya spontan.

"Bisa ikut ke ruangan saya sekarang?" Sang Kepala Sekolah melirik Lizzy sekilas

Lihat selengkapnya