Liora mencuci muka pada wastafel. Benaknya bertanya-tanya. Suara siapa yang merespons isak tangisnya. Cewek kelas berapa? Suaranya cempreng dan bernada tajam. Seakan sosok itu menyaksikan drama yang terjadi. Orang itu saksi. Bisa saja melihat kejadian Kulina yang sebenarnya.
Liora menepis hal tersebut. Tidak mungkin. CCTV hanya merekam dirinya dan Kulina di area sekolah. Tidak ada orang lain yang masuk ke sekolah dan melakukan kegiatan. Tidak ada alasan untuk datang ke sekolah di tengah malam. Liora mengembuskan napas resah. Mau tak mau, ia harus bertindak sendiri. Tidak ingin informasi bercecaran. Cewek itu keluar kamar mandi dengan terburu-buru sampai bertubrukan dengan Lizzy.
"Gue cariin dari tadi," katanya emosional. "Ternyata dari kamar mandi."
Liora mengangguk mengabaikan. "Tadi lo lihat siapa yang keluar kamar mandi, nggak?"
"Nggak ada siapa-siapa selain lo yang keluar," sahut Lizzy cepat. "Emang kenapa, sih?"
"Oh, nggak apa-apa. Nanya aja," ujar Liora sambil menggandeng Lizzy kembali ke kelas. Ia tahu temannya itu masih penasaran. Namun membuang waktu jika menjelaskan dari awal perkara. Jadi lebih baik membiarkan cewek tersebut bertanya-tanya. Ia akan bercerita nanti, janji Liora dalam hati sambil ke kelas bersama Lizzy.