DENTING

Denting Project
Chapter #8

7. Hujan Darah

Siang itu saat pelajaran ketiga di kelas X-1−Sejarah. Guru pelajaran tidak masuk dan hanya menitipkan tugas pada ketua kelas. Suasana kelas saat itu begitu tenang dan hening karena ini adalah masa-masa sebelum ujian akhir. Hanya terdengar suara decitan spidol yang ditekan keras oleh si ketua kelas saat ujungnya bergesekkan dengan permukaan papan tulis yang dingin.

Viola sedang berusaha sekuat tenaga menahan kantuk saat ponselnya yang berada dalam saku bergetar tiba-tiba. Ia merogoh saku kanannya, menarik Iphone keluaran terbaru miliknya keluar. Dari private number. Viola mengernyit penasaran lalu membuka pesan itu.

"Aku menunggu di balik cermin. 13 hari sejak sekarang. Kau harus ikut!"

Garis di dahi cewek itu semakin mengerut dalam. Siapa yang iseng mengirim pesan seperti ini? Viola mengabaikannya. Namun tidak lama setelah itu, satu-persatu ponsel siswa dalam kelas tersebut berbunyi nyaring saling bersahutan menandakan ada pesan masuk. Lalu, Viola mencium ada bau anyir yang melewatinya diiringi dengan cairan yang menetes deras di atas meja. Cairan itu berwarna merah pekat, seperti darah. Viola merasakan darahnya berdesir hebat diiringi detakan jantung yang memburu saat ia memberanikan diri mendongak demi melihat apa yang berada di atas kepalanya. Namun belum lagi Viola melihat apa yang berada di atasnya, Mellisa yang duduk di sampingnya mengejutkan dengan suara decitan kursi yang dimajukan dan suara umpatan kecil.

"Apaan, nih!"

Viola diam-diam menghembuskan napas lega, tetapi ia secepat kilat mendongak ke atas dan betapa terkejutnya karena tidak ada apa-apa di sana. Bahkan di atas mejanya pun sudah tidak ada apa-apa. Meja terlihat sangat bersih, sudah tidak ada noda darah seperti tadi. Viola memandangi teman-temannya yang sedang memegang ponsel masing-masing, keheranan.

"Dari siapa?" tanya Viola pada Mellisa.

"Nggak tahu. Dari nomor nggak dikenal."

"Kalian harus mati?" Vera yang duduk di barisan belakang bersama Dera mengulang dengan keras isi pesan yang diterimanya dengan tatapan ngeri.

"Isinya sama?" Mellisa berbalik, mendekatkan ponselnya ke ponsel Vera dan membandingkan isi pesan tersebut.

Ternyata satu kelas mendapatkan pesan yang sama, bahkan si ketua kelas pun berhenti dari kegiatannya menulis di papan. Suasana kelas yang semula hening berubah ricuh membicarakan isi pesan tersebut. Si ketua kelas mengetuk papan tulis dengan keras sembari berteriak, "Woy, bisa diam nggak, sih?" Semua mata tertuju kepadanya.

Lihat selengkapnya