DEO ANAK ABG PENSIUN DINI

Acep Abdul Rojak
Chapter #1

BAB 1 HAYALAN SIMISKIN

NOVEL

DEO ANAK ABG PENSIUN DINI

Tentang peroses perjalanan hidup, apapun yang terjadi manusia harus tetap bisa menjalaninya. Segelintir orang lebih memutuskan mengakhiri hidup, sebab iya tak sanggup lagi menciptakan sebuah alasan dalam menjalani kehidupanya.

Sepertihalnya denganku, walau penuh lika-liku tapi pada akhirnya aku mampu menciptakan sebuah makna kehidupan, sehinga aku masih memiliki alasan untuk tetap menjalannya, serta memperjuangkan dalam menggapai sebuah kesuksesan.

“Orang yang mengakhiri hidupnya adalah orang yang sudah tidak punya alasasan untuk hidup, sebab dia sudah tak sanggup menciptakan sebuah makna dalam Menjalani hidupnya”.

 

BAB 1

HAYALAN SI MISKIN

Bersandar sembari sesekali menghisap dalam rokok itu, aku termenung atas waktu yang telah aku sia-siakan. Jam terus berdetak perdetik terdengar seakan berteriak marah membentak, “bangsat, bodoh, tolol kau telah menyia-nyiakan aku.” Ujar jam memarahiku. 

Matahari terbenam pertanda siang gerganti malam, hari berganti hari pergi tanpa permisi yang hanya meninggalkan segudang misteri, minggu terkikis waktu berganti bulan yang hanya meninggalkan harapan dan hayalan. Tentang sebuah proses perjalanan hidup, melaluinya terkadang waktu terasa sangat singkat, sepertihalnya hidup seribu tahun disurga niscaya akan terasa amat singkat, terkadang juga waktu yang dilalui terasa amat lama, walau sehari jika kehidupan serasa neraka niscaya serasa seribu tahun lamanya.

Roda kehidupan terus berputar, begitulah konsep Tuhan menciptakan pola hukum alam untuk menguji hambanya. Sepertihalnya kebahagiaan Adam dan Hawa di surga, sebab sebuah takdir mereka harus sengsara turun hidup didunia. tentang semua itu seperti yang sedang aku alami.

Sempat mengeluh akan sebuah takdir pahitnya perjalanan kehidupan, tentu aku bukan Adam dan Hawa yang hidup disurga seketika harus terlempar ke dunia. Aku tak setangguh itu untuk menjalani ini semua, perdetik jam berdetak terasa amat sangat lama. Percayalah, saat dalam puncak masalah sepertiku, kamu akan merasakan hal yang sama, walau sehari akan serasa seribu tahun lamanya, dan begitupula sebaliknya.

Terhembus asap tebal dari rokok yang aku hisap dalam-dalam. Aku bersandar menyanggah tubuh yang terasa amat lelah, mataku setengah terpejam seakan sedang menyaksikan sebuah pertunjukan, entah apa? Tapi semacam ada sebuah pertengkaran hebat yang sedang terjadi dalam isi pikiranku. Saat itupula muncul sebuah keraguan dalam diri

Lihat selengkapnya