"Ayo pergi ke kamar ibunda."
"Baik Ibunda," Deolinda dan Andini pergi ke kamar. Deolinda duduk di tepi tempat tidur milik ibunya.
"Ada apa ibunda?"
"Ibunda harus menyampaikan sesuatu kepada kamu," Deolinda jadi penasaran karena perkataan ibunya.
"Apa itu ibunda?"
"Ingat kata ibunda baik-baik, jangan pernah lepaskan kalung dan cincin kamu."
"Baik Ibunda, aku tidak akan melepaskan cincin dan kalung ini." Deolinda tersenyum, Shinta dan dayang lainnya datang membawa makanan dan minuman.
"Bibi Shinta, ayo makan bersama."
"Tidak perlu tuan putri, saya permisi." Shinta dan dayang lainnya pergi, Deolinda melihat ada banyak makanan dan minuman yang terlihat enak.
"Ibunda, ayo kita makan bersama."
"Kamu makan saja dulu, ibunda tidak lapar." Andini tersenyum melihat putrinya bahagia.
"Kalau ibunda tidak makan, aku tidak mau makan."
"Baiklah, ayo kita makan." Deolinda dan Andini makan bersama, setelah makan Deolinda kembali ke dunia manusia. Deolinda berada di kamar mandi yang sama.
Deolinda melihat jam tangannya, jam istirahat sebentar lagi akan berakhir, Deolinda berjalan ke kelas. Deolinda bingung karena melihat kelasnya sepi, Deolinda masuk dan duduk di bangkunya. Beberapa temannya masuk dengan wajah terkejut melihat Deolinda, mereka mendekati Deolinda.
"Deo, kamu kemana saja?" tanya Bagas ketua kelas.
"Tadi aku ke perpustakaan," Deolinda berbohong.
"Tadi kami mencari kamu di perpustakaan, tapi tidak ada," jawab Clara teman sekelas Deolinda.
"Mungkin kalian tidak melihat aku tadi," Deolinda bingung harus menjawab apa.
"Ya sudah, yang penting kamu tidak apa-apa, tadi sahabat kamu panik mencari kamu dan mereka marah-marah pada Vanya."
Deolinda berdiri, "marah-marah pada Vanya?"
"Iya tadi mereka marah-marah ke Vanya karena mereka melihat kamu disiram dengan sengaja sama Vanya," jawab Bunga teman sekelas Deolinda.
"Sekarang dimana mereka bertiga?"