"saya yakin, anda akan menjadi perempuan yang paling cantik. kekasih anda pasti hanya akan menatap anda," pelayan yang membawa sepatu tersenyum.
"Maksudnya kekasih?" tanya Deolinda bingung.
"Laki-laki yang tadi bersama anda, itu kekasih nona kan?"
"Kak Darren itu kakak aku," Deolinda menjelaskan.
"Tapi tatapan mata laki-laki tadi seperti mencintai anda," pelayan yang merias Deolinda terlihat bingung.
"Dia kakak saya, tidak mungkin kak Darren mencintai saya adiknya."
Deolinda tersenyum, tidak tahu mengapa Deolinda bahagia mendengar perkataan bahwa Darren mencintai dia. Setelah selesai berdandan Deolinda berdiri dan melihat ke cermin, ternyata dirinya bisa secantik itu.
Deolinda tersenyum dan tiba-tiba pintu terbuka, Darren terdiam melihat ke arah Deolinda. Deolinda menoleh ke arah Darren, Deolinda bingung kenapa Darren terdiam melihat dirinya.
"Kak Darren," Deolinda tersenyum, Deolinda bingung karena Darren hanya terdiam. Darren tersadar, Darren tersenyum dan berjalan ke arah Deolinda.
"Kamu sangat cantik."
"Terima kasih, ini semua karena mereka." Deolinda tersenyum.
"Tidak, nona memang cantik walaupun tanpa make up."
"Setuju, memang adikku cantik walaupun tanpa make up." Darren tersenyum dan merangkul pinggang Deolinda.
"Pujian kak Darren terlalu berlebihan, kakak juga tampan pakai jas ini." Deolinda mencubit pipi Darren dan tersenyum.
"Tentu saja tampan, adiknya juga cantik. Ayo kita pergi," Darren tersenyum.
"Bye semua," Deolinda tersenyum pada semua pelayan, pelayan memberikan kartu kredit milik Darren.
"Bye nona," semua pelayan tersenyum ramah, Darren memasukkan kartu kredit ke dalam dompetnya. Mereka keluar dari butik.
Mereka masuk ke dalam mobil, Darren mengendarai mobil ke sebuah restoran yang sudah dipesan secara khusus untuk acara reuni. Dalam perjalanan, Deolinda penasaran, apa mungkin Darren jatuh cinta padanya?.
Atau Darren sudah memiliki kekasih?
"Kak boleh Deo bertanya?"
"Iya, mau tanya apa?
"Emm, kakak punya pacar, atau mungkin sedang jatuh cinta dengan seseorang?" Darren hanya diam membuat Deolinda berfikir apakah dia salah bertanya.
"Kak Darren?" Deolinda menyentuh tangan Darren dan membuat Darren sadar.
"Kalau kakak tidak mau jawab, tidak apa-apa. Deo hanya penasaran saja."
"Iya kakak jatuh cinta dengan seseorang yang sangat dekat dengan kakak sejak dulu."
"Lalu?"
"Tapi cinta kakak salah, kami tidak bisa bersama."
"Kenapa begitu kak?" Darren menoleh ke arah Deolinda, dia menyentuh rambut Deolinda.
"Ini rahasia, kakak tidak bisa menceritakan." Darren tersenyum dan kembali fokus menyetir.
"Kenapa kakak tidak mencintai perempuan lain, padahal kakak tahu jika kalian tidak bisa bersama?"
"Dia istimewa, asal didekat dia. Aku bahagia," Darren tersenyum ke arah Deolinda.
"Perempuan yang istimewa, perempuan yang sangat beruntung karena dicintai kak Darren." Deolinda tersenyum ke arah Darren.
"Kamu sendiri, sudah punya pacar?"
"Gimana mau punya pacar, Deo aja sibuk sama sekolah. Sekarang Deo lagi mengurus acara amal, temen Deo juga menyebalkan." Deolinda cemberut mengingat Vanya.
"Kenapa Deo?"