Setelah sarapan, Darren mengantarkan Deolinda ke sekolah. Di perjalanan Darren ingin tahu alasan Deolinda tersenyum.
"Deo, boleh kakak tanya sesuatu?"
"Iya kak ada apa?"
"Kenapa tadi saat sarapan kamu tersenyum, apa yang kamu pikirkan?" Deolinda tidak tahu harus jawab apa, Deolinda tidak ingin Darren curiga dengannya.
"Tidak ada kak, tadi Deo hanya berpikir, jika kak Darren ikut ke pulau Semar dan mungkin Deo bisa menginap di rumah teman-teman Deo." Deolinda tersenyum.
"Deo, ada yang kamu sembunyikan dari aku?" Deolinda terdiam mendengar perkataan Darren.
"Tidak kak, memang kenapa?"
"Aku merasa jika kamu sedang menyembunyikan sesuatu, seperti hal yang sangat besar."
"Tidak ada kak, Deo tidak menyembunyikan apapun dari kakak." Deolinda tersenyum, Deolinda merasa bersalah karena berbohong, tapi Deolinda tidak bisa berkata jujur.
Deolinda dan Darren sampai di sekolah, "bye kak, hati-hati di jalan." Deolinda tersenyum.
"Kamu juga belajar yang rajin, nanti kakak jemput. Bye Deo," Darren tersenyum dan kemudian pergi ke tempat kerjanya, Deolinda melihat sahabatnya menunggu seperti biasa. Deolinda menghampiri mereka.
"Ayo Deo kita ke ruang OSIS," ucap Heni pada Deolinda.
"Ayo Hen, kita titip tas ya." Deolinda tersenyum.
"Iya Deo, sini tas kalian." Rika dan Nia mengambil tas Heni dan Deolinda. Deolinda dan Heni pergi ke ruang OSIS, sementara Nia dan Rika pergi ke kelas.
Deolinda dan Heni masuk ke dalam ruang OSIS, mereka duduk dan rapat dimulai.
"Acara bazar amal akan diadakan dalam 2 Minggu, kita harus segera selesaikan rencananya dalam seminggu. Dan seminggu sebelum acara bazar amal kita harus mulai persiapan acara," Ruben tersenyum ke arah Deolinda.
"Acara bazar amal ini kita adakan untuk membantu anak yatim piatu, bukan untuk hiburan saja jika kalian punya pendapat yang bagus silahkan berpendapat." Deolinda menjelaskan dengan tegas.
"Bagaimana jika kita minta tolong sama semua angkatan OSIS untuk berjualan makanan, minuman atau boneka di bazar amal. Keuntungannya kita berikan untuk anak yatim piatu," Zidan memberikan pendapat.
"Ide yang bagus Zidan, aku setuju. Yang lain ada ide?" Deolinda tersenyum, Ruben terus memperhatikan Deolinda yang mengatur segalanya, Heni yang melihatnya menjadi cemburu.
"Apa kita juga buat makanan gratis untuk panitia?" tanya Revi.
"Menurut kamu bagaimana Ruben?" Deolinda menatap Ruben, Ruben jadi salah tingkah karena Deolinda menatap kearahnya.
"Aku terserah kamu Deo, aku tidak masalah jika harus ada konsumsi untuk pihak panitia." Ruben tersenyum.
"Baiklah, akan ada konsumsi untuk panitia, tapi ya kita harus cari sponsor untuk biaya. Karena kalau pake konsumsi, kita butuh dana lebih banyak. Tidak mungkin kita ambil dari uang untuk anak yatim kan," semua terdiam mendengar perkataan Deolinda.
"Soal sponsor nanti dipikir lagi, rapat hari ini selesai. Besok rapat lagi setelah pulang sekolah, sekalian juga bantu cari beberapa perusahaan untuk dana tambahan." Ruben tersenyum, semua orang keluar.