"Dasar Darren pelit," ucap Bima dengan tersenyum.
"Setelah makan, kalian jangan ikuti kami," ucap Darren dengan tegas.
"Iya Darren, kami tidak akan ganggu kalian." Dimas pasrah dengan kelakuan sahabatnya, setelah makan. Darren mengajak Deolinda ke taman, mereka duduk di kursi taman.
"Kamu suka jalan-jalan ke taman kan?" Darren menatap Deolinda dengan serius.
"Suka kak, kenapa kak Darren mengajak aku kesini?"
"Aku hanya ingin menikmati waktu berdua," Darren tersenyum menatap langit.
"Apa kakak tidak ingin memiliki pacar?" Deolinda menatap langit dan tersenyum.
"Untuk saat ini belum, kalau kamu bagaimana? Pasti banyak yang suka sama kamu."
"Tidak ada yang menyatakan cinta padaku, mungkin karena aku berbeda." Deolinda tersenyum menerima semua takdirnya.
"Apa maksud kamu berbeda?" Darren menatap Deolinda dengan bingung, Deolinda.
"Suatu saat nanti, kakak pasti tahu alasan kenapa aku berbeda." Deolinda tersenyum menatap Darren.
"Kenapa tidak memberi tahu sekarang alasannya?"
"Jangan tanya kenapa, aku belum siap menceritakan semuanya." Deolinda tersenyum.
"Ya sudah, itu hak kamu ingin memberi tahu kapan. Ayo kita pulang,besok kamu sekolah." Darren berdiri, tersenyum menatap Deolinda.
"Ayo kak," Deolinda dan Darren pulang ke rumah, Deolinda masuk ke dalam kamar.
Pagi harinya, Deolinda turun ke bawah untuk sarapan. Deolinda tersenyum melihat Darren menyiapkan sarapan, Deolinda duduk.
"Sudah lama, aku tidak makan masakan kakak." Deolinda tersenyum menatap Darren.
"Ayo makan," Darren mengambilkan makanan untuk adiknya dan untuk dirinya sendiri, Darren duduk. Mereka mulai makan, mereka pergi ke sekolah.
"Hari ini kakak tidak bisa menjemput kamu, nanti kamu telepon supir saja." Darren fokus menyetir mobil.
"Iya kak," mereka sampai di sekolah, Darren pergi ke tempat kerjanya. Deolinda melamun tentang dirinya yang bukan manusia seperti Darren, tiba-tiba ketiga sahabatnya mengagetkan Deolinda.
"Kamu kenapa melamun Deo?" tanya Heni menatap Deolinda dengan khawatir.
"Tidak apa-apa, ayo kita masuk ke kelas." Deolinda tersenyum untuk menghilangkan rasa khawatir sahabatnya, mereka berempat ke kelas.
Mereka berempat pergi ke kantin, setelah selesai makan. Ruben datang menghampiri Deolinda, Heni cemburu dengan tatapan mata Ruben ke Deolinda.
"Deo, nanti ada meeting setelah pulang sekolah. Kamu kabari anak OSIS yang lain," Ruben tersenyum.
"Iya Ruben nanti aku kabari ke yang lain, apa Vanya diajak meeting?"
"Terserah kalian, mau Vanya ikut atau tidak."
"Memang kenapa Vanya tidak ikut? Bukannya Vanya anak OSIS?" tanya Rika bingung.
"Dia membuat keributan dengan Deo saat meeting kemarin," Heni menjelaskan dengan malas.
"Oh begitu, memang si Vanya suka cari masalah." Nia marah mendengar sahabatnya diganggu.
"Ajak saja Vanya, kasian dia jika tidak diajak meeting." Deolinda tersenyum.