Deolinda

Widayanti
Chapter #19

Fakta #19

Deolinda terkejut melihat panglima perang kerajaan duyung, Deolinda mengatur nafas untuk menenangkan dirinya sendiri.

"Berhenti semuanya," ucap Deolinda dengan keras, semua menatap Deolinda.

"Semuanya mundur, dan berikan hormat pada tuan putri." Semua berkumpul didepan Deolinda, Darren dan yang lainnya bingung. Deolinda menoleh ke belakang, menatap Darren dan atasannya.

"Saya minta maaf atas kesalahan rakyat saya, hentikan menyerang rakyat saya dan rakyat saya akan berhenti menyerang kalian," ucap Deolinda dengan tegas, Deolinda balik badan dan menatap panglima perang.

"Ada apa paman Theo kesini dan menyerang manusia?"

"Maaf tuan putri, ini semua perintah raja Wisnu." Paman Theo menjelaskan

"Kenapa kakek menyuruh kalian?" tiba-tiba ada yang menembak ke arah Deolinda, Deolinda menghentikan peluru. Semua orang terkejut, dengan marah Deolinda membunuh orang yang menembaknya.

"Itu hukuman untuk orang yang tidak mengikuti perintah saya," Deolinda kembali menatap paman Theo, semua orang terdiam.

"Karena raja Wisnu khawatir dengan anda," paman Theo menjelaskan.

"Kalian tunggu di perbatasan, kita ke istana bersama."

"Baik tuan putri," tiba-tiba semua bangsa duyung menghilang, membuat semua manusia takut. Deolinda mendekati Darren dan atasannya, Deolinda tersenyum pada Darren yang kebingungan.

"Saya minta 1 botol besar air minum sekarang," ucap Deolinda dengan tegas.

"Cepat ambilkan air," ucap atasan Darren dengan takut, salah satu orang memberikan botol tersebut.

Deolinda menaruh botol tersebut di tanah, Deolinda mencampurkan beberapa tetes obat ke air. Deolinda memberikan botol tersebut pada atasan Darren, atasan Darren menerima dengan takut.

"Ini bisa menyembuhkan luka semua orang, tapi tidak bisa menghidupkan orang yang sudah meninggal."

"Terima kasih," ucap atasan Darren ketakutan.

"Ayo kak kita pergi, aku akan jelaskan semuanya." Deolinda mendekati Darren, Deolinda berhenti dan menatap atasan Darren.

"Jangan pernah ikut campur dengan keluarga saya, jika terjadi sesuatu pada keluarga saya. Kalian tidak akan ada yang hidup." Deolinda tersenyum dan pergi, Darren mengikuti adiknya masuk ke dalam mobil. Darren pergi ke taman, mereka duduk terdiam.

"Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Aku bukan adik kandung kak Darren, aku juga bukan anak kandung mama dan papa." Deolinda menatap ke langit.

"Kamu bercanda kan?" Darren menatap Deolinda dengan bingung, Deolinda tersenyum.

"Tidak kak, ini kenyataan. Orang tua aku bukan manusia, itu sebabnya mereka memberi hormat padaku."

"Bagaimana mungkin kamu bukan adik kandung aku?" Deolinda menarik nafas mendengar pertanyaan Darren.

"Saat aku lahir, sahabat ibuku bernama Shinta membawa aku ke rumah sakit. Dia melihat bayi yang tidak bernyawa, dan menukar bayi itu dengan aku."

"Lalu adik kandungku dimana?"

"Tidak tahu, bayi yang tidak bernyawa diletakkan di box bayi tanpa identitas orang tua. Bibi Shinta pergi setelah menukar bayi, dan kembali ke dunia duyung." Deolinda menjelaskan, Darren terdiam.

"Aku minta maaf untuk semua yang terjadi," Deolinda menundukkan kepalanya.

"Ini bukan kesalahan kamu, selama ini aku juga memiliki kesalahan." Darren menggenggam tangan Deolinda.

"Maksudnya?" Deolinda menatap Darren dengan bingung.

"Aku mencintai kamu, sudah lama aku mencintaimu." Darren tersenyum.

Lihat selengkapnya