Deolinda terbangun di pagi hari, Deolinda pergi ke sekolah diantar Darren.
"Sayang nanti aku jemput jam berapa?"
"Jam 4 sore, kalau kakak sibuk. Nanti aku telepon supir untuk jemput," Deolinda tersenyum.
"Nanti aku kabari, bye sayang." Darren tersenyum
"Bye kak," Deolinda tersenyum, tiba-tiba sahabat Deolinda mendekati Deolinda. Darren pergi dari sekolah, ketiga sahabat Deolinda menatap dengan curiga.
"Kenapa kak Darren memanggil kamu sayang?" tanya Heni dengan bingung.
"Wajar kan, dia kakak aku." Deolinda tersenyum.
"Tapi biasanya dia panggil nama kamu saja," Nia menatap dengan curiga.
"Kalian terlalu berlebihan, kita hanya kakak adik." Deolinda tersenyum, Deolinda belum berani untuk berkata jujur. Deolinda takut jika sahabatnya akan menjauh setelah mengetahui semuanya.
"Ayo kita ke kelas, tidak mungkin Deo pacaran sama kakaknya sendiri." Rika tersenyum, mereka pergi ke kelas dan belajar.
Bel istirahat berbunyi, Ruben yang melihat Deolinda. Ruben mendekati Deolinda, Heni menatap dengan cemburu. Deolinda dan yang lainnya berhenti berjalan.
"Hai Deo, hari ini ada acara tidak setelah pulang sekolah?"
"Tidak ada, memang kenapa?"
"Aku ingin ajak kamu makan malam, kamu mau?" tanya Ruben dengan gelisah.
"Ada acara apa ya Ruben?" tanya Deolinda dengan bingung.
"Ada yang ingin aku sampaikan ke kamu, ini sangat penting." Ruben tersenyum.
"Boleh, ingin makan dimana?"
"Di cafe Melodies bagaimana?" tiba-tiba Heni pergi, semua bingung.
"Aku setuju, kalau begitu aku pergi dahulu." Deolinda mengejar Heni, Nia dan Rika juga mengejar Heni. Heni duduk di taman, Deolinda duduk disampingnya. Nia dan Rika berdiri menatap sahabatnya dengan bingung.
"Kamu cemburu ya jika aku dekat dengan Ruben?" tanya Deolinda dengan ragu.
"Iya, aku tidak ingin kamu memiliki hubungan dengan Ruben. Maaf jika aku egois," Heni marah.
"Aku senang karena kamu sudah jujur, beberapa hari ini aku melihat rasa cinta dan cemburu diwajah kamu." Deolinda tersenyum.
"Kamu beneran suka sama Ruben? Jadi perempuan yang disukai Ruben adalah Deo?" tanya Nia dengan bingung.
"Sejak SMP aku jatuh cinta pada Ruben, dan sejak SMP juga Ruben cinta dengan Deolinda." Heni menjelaskan.
"Kenapa kamu tidak cerita sama kami? Padahal kami bisa membantu." Rika cemberut.
"Maaf, aku tidak ingin merepotkan kalian."
"Tidak apa Heni, kamu tenang saja. Aku tidak akan pernah menerima cinta Ruben, karena aku tidak mencintai Ruben." Deolinda menggenggam tangan Heni untuk menyakinkan.
"Terima kasih Deo," mereka berempat tersenyum dan berpelukan, pulang sekolah Deolinda menelepon Darren tapi tidak diangkat. Deolinda menelepon supir, mereka menunggu di tempat parkir.
Deolinda mengirim pesan pada Darren jika dia pulang bersama supir, Deolinda mendengarkan percakapan sahabatnya.
"Bagaimana kamu akan menolak cinta Ruben?" tanya Rika bingung.
"Aku tidak tahu, mungkin aku akan mengatakan jika aku hanya menganggap dia sahabat." Deolinda memasukkan handphone ke dalam tasnya, tiba-tiba Deolinda kesakitan.