"Tapi yang mulia pangeran Rama belum menikah, bagaimana mungkin memiliki putri?" tanya perempuan berbaju kuning.
"18 tahun yang lalu saya menikah dengan ibunya Deolinda di dunia manusia," semua orang terkejut mendengar perkataan Rama.
"Satu tahun pernikahan kami, lahirlah Deolinda. Setelah kelahirannya, saya kembali ke dunia peri karena perintah ayahanda." Rama tersenyum menatap putrinya.
"Maaf atas ketidak sopanan saya," ucap perempuan berbaju kuning.
"Saya maafkan, kalian tidak pernah tahu tentang pernikahan saya. Saya harap, kalian mampu menerima keberadaan Deolinda sebagai putri saya."
"Baik yang mulia," ucap semua orang, mereka menundukkan kepala.
"Yang akan menjadi raja selanjutnya, apakah anda atau pangeran Bara?" ucap nenek berbaju coklat.
"Siapapun yang menjadi raja selanjutnya, saya harap kalian tidak membenci paman Bara. Paman Bara terlihat kejam dimata kalian, tapi saya yakin. Paman Bara akan berubah menjadi lebih baik," Deolinda tersenyum dengan sopan.
"Apa yang dikatakan putri saya sudah menjawab pertanyaan kalian, kalau begitu kami permisi." Rama dan Deolinda berjalan menuju perbatasan.
"Ayah, apa yang aku katakan tadi salah?" Deolinda menatap ayahnya dengan ragu.
"Tidak, apa yang kamu katakan benar. Semoga paman kamu bisa berubah," mereka berhenti di perbatasan.
"Terima kasih untuk semuanya, aku akan kembali dan membantu ayah." Deolinda tersenyum.
"Kamu disamping ayah, itu adalah yang terpenting."
"Sampai jumpa ayah," Deolinda tersenyum dan terbang ke dunia manusia, Deolinda pergi ke halaman belakang rumahnya. Deolinda merubah dirinya menjadi manusia dan masuk ke dalam rumah.
"Kapan non pulang? Kenapa tidak menelepon saya?" ucap supir dengan bingung.
"Maaf pak, saya pulang sendiri. Tadi lupa memberi tahu," Deolinda tersenyum dengan sopan.
"Apa nona pulang dengan tuan Darren?"
"Jangan beri tahu kak Darren kalau saya pulang sendiri, kalau kak Darren bertanya. Jawab saja pulang sama bapak ya," Deolinda memohon.
"Iya non, nanti saya jawab kalau non pulang sama saya. Kalau begitu, saya permisi." Supir pergi meninggalkan Deolinda, Deolinda pergi ke dapur untuk mengambil minuman. Deolinda pergi ke kamar, dan duduk di depan meja rias.
"Bagaimana besok di sekolah ya?" Deolinda bingung, tiba-tiba Merida mendekati Deolinda.
"Putri kesayangan mama, sedang memikirkan apa?" Deolinda terkejut menatap Merida.
"Mama bikin Deo kaget, Deolinda tidak memikirkan apapun." Deolinda tersenyum.
"Mama punya ide, bagaimana kalau kita jodohkan kakakmu dengan perempuan sahabat mama." Hati Deolinda hancur mendengar perkataan Merida, Merida menatap bingung ke arah putrinya.
"Terserah mama saja, mama ingin menjodohkan kak Darren dengan siapa?"
"Teman mama arisan, putrinya cantik. Darren pasti menyukainya," Merida tersenyum bahagia, Deolinda tidak ingin merusak kebahagiaan Merida.
"Iya ma, kak Darren pasti menyukainya." Deolinda tersenyum.
"Kamu dandan yang cantik, mama sudah undang teman mama dan putrinya untuk makan malam bersama. Kamu jangan mengatakan apapun tentang perjodohan ini," Merida tersenyum.
"Iya ma, Deo mengerti." Deolinda tersenyum, Merida pergi keluar dari kamar. Deolinda menatap dirinya di cermin dengan sedih.
"Kenapa semua menjadi seperti ini," Deolinda menangis, Deolinda menundukkan kepalanya di meja. Tiba-tiba Darren masuk ke dalam kamarnya, Deolinda terkejut menatap Darren.