"Saat kelahiran kamu, semua ramalan kehidupan tertulis. Perlahan, ramalan berisi yang akan terjadi. Itu sebabnya kakek ingin kamu menikah dengan Kenan, karena dia bangsa duyung." Raja Wisnu mengatakan dengan serius.
"Apa yang dimaksud pengkhianatan?" Deolinda bertanya dengan serius.
"Berhubungan badan, kamu merasakan sakit jika penerima mutiara melakukannya. Kamu, dia dan perempuan itu akan mati di hari yang sama. Bencana melanda bangsa manusia, tempat dimana kamu tinggal." Raja Wisnu menjelaskan, Deolinda terkejut dan terdiam.
"Apa ada cara supaya ramalan itu tidak terjadi?" Deolinda bertanya.
"Tidak ada yang bisa mencegah ramalan itu terjadi, hanya pemilik mutiara itu yang bisa mengubah ramalannya." Raja Wisnu menjelaskan.
"Jadi aku harus menjaga laki-laki yang aku cinta, atau tidak pernah memberikan mutiara padanya." Deolinda merasa khawatir.
"Tenang sayang, itu hanya ramalan. Bisa salah," Andini tersenyum untuk menenangkan putrinya.
"Tapi jika semua menjadi kenyataan? Aku akan meninggal?" Deolinda menangis.
"Menurut ramalan, kamu tidak akan berusia 18 tahun." Raja Wisnu mengatakan dengan lirih.
"Jadi aku akan meninggal?" Deolinda tersenyum meskipun matanya meneteskan air mata, Deolinda sedih kebahagiaan yang dirasakan hanya sebentar.
"Menikah dengan Kenan, satu-satunya cara supaya ramalan itu tidak terjadi. Kenan bangsa duyung, dia tidak bisa menyakiti kamu." Raja Wisnu menyakinkan cucunya.
"Tidak kakek, aku tidak bisa menyakiti Kenan dengan pernikahan palsu. Aku pergi dulu," Deolinda menghapus air matanya, Deolinda pergi dan tidak sengaja menabrak Kenan.
"Kamu kenapa? Apa ada masalah?" Kenan khawatir.
"Tidak ada masalah, aku pergi dulu." Deolinda pergi ke dunia manusia, Deolinda menangis di kamar mandi.
Darren masuk ke kamar Deolinda membawa ice cream dan coklat, Darren mendengar Deolinda menangis. Darren khawatir dan mengetuk pintu kamar mandi
"Deo buka pintunya," Darren berteriak, Deolinda tidak menjawab.
"Buka sekarang sayang, kalau tidak. Aku dobrak pintunya," Darren menunggu, namun Deolinda tidak menjawab.
Darren mendobrak pintu, Darren mendekati Deolinda yang menangis. Darren merasa khawatir, Darren memeluk Deolinda.
"Ada apa sayang?" Darren bertanya dengan khawatir.
"Aku takut, ramalan itu menjadi nyata." Deolinda menangis.
"Ramalan apa?"
"Aku akan meninggal sebelum umur 18 tahun." Deolinda menangis, Darren terdiam.
"Sudah sayang, kita cari cara supaya kamu bisa hidup lama." Darren melepaskan pelukannya.
"Tidak ada cara, kecuali aku menikah dengan orang lain." Deolinda mengatakan dengan serius, Darren terkejut. Hati Darren sakit mendengar ucapan Deolinda, Darren menenangkan dirinya.