“Hey, tunggu kak ...” Gadis itu terus berlari mengelilingi taman bermain. Ia tak peduli dengan bocah laki-laki bertubuh tambun yang mengikutinya. Sesekali ia menoleh ke belakang sembari melambaikan tangan dan tersenyum.
“Ayo, cepat kejar aku!” ujar gadis itu meledek sambil terus berlari. Napasnya tersengal-senggal. Tapi ia tak mau berhenti. Malah berlari semakin jauh, hingga bocah laki-laki itu tak bisa mengejarnya. Wajah si gadis tampak senang.
Sore ini, suasana di taman cukup ramai. Tak hanya para keluarga yang menghabiskan waktu bermain bersama anak-anaknya. Para muda-mudi yang masih berseragam sekolah juga asyik berduaan. Mereka tampak mesra, mengikat janji setia. Ada yang saling berpelukan di atas sepeda motor. Ada yang duduk-duduk di bawah pohon saling menatap dan berpegangan tangan. Aku yang melihat mereka, jadi malu sendiri.
“Auwww ...” bocah laki-laki itu berteriak. Ia terjatuh. Kakinya tak sengaja menginjak bongkahan batu. Aku segera berdiri memastikan apa yang terjadi dengan bocah itu. Saat hendak menolongnya. Kulihat gadis itu sudah berlari menuju ke sana. Aku mengurungkan niat, ingin melihat apa yang dilakukan gadis itu. Ternyata, Ia merangkul bocah laki-laki itu dengan hangat, kemudian melihat luka di kakinya. Sembari meniup-niup luka dan menyeka air matanya.
“Maafkan aku dik, maafkannya ..!” tangisan bocah laki-laki itu semakin kencang. Dengan sabar gadis itu mengusap punggung si bocah. Ada air mata yang keluar dari sudut matanya, tak tega melihat bocah itu kesakitan.
Dari kejauhan seorang laki-laki berjalan menghampiri keduanya. Dengan penuh kasih sayang, dibisikkan ke telinga si bocah. Aneh, tiba-tiba bocah itu terdiam dan menuruti kata-katanya. Aku tak bisa mendengar apa yang dikatakan laki-laki dewasa itu. Bocah laki-laki yang sedang terluka itu digendong, sementara si gadis berjalan beriringan sambil menggenggam erat jemari tangan sang ayah dan bercerita tentang apa yang terjadi.
Uh, lagi-lagi perasaanku campur aduk. Melihat sosok ayah yang begitu perhatian kepada anaknya. Entahlah apakah ini perasaan haru atau kerinduanku akan sosok ayah yang tak pernah ada dalam kehidupanku. Hanya Ibu, perempuan satu-satunya yang selalu ada mewarnai hidupku. Setiap sabtu sore, Ibu selalu mengajakku ke taman prestasi di jalan ketabang kali Surabaya. Bersama kedua adik kembarku, kami naik angkot bertiga. Berangkat jam dua siang agar bisa puas bermain. Karena biasanya di hari Sabtu pengunjung taman prestasi membludak. Apalagi taman ini baru diresmikan, banyak yang ingin datang ke sana. Menikmati wahana permainan baru. Sementara Mbak Anggun, lebih memilih berdiam diri di rumah menonton tv dibandingkan ikut bersama kami.
Di taman prestasi aku bisa bebas bermain, ada banyak permainan mulai dari ayunan, jungkat-jungkit, seluncuran hingga area bermain pasir pantai. Ada banyak bangunan berbentuk rumah-rumahan lengkap dengan jembatan gantung mini yang bisa digunakan untuk tempat sembunyi dan berlatih keseimbangan. Anak-anak menyeberangi jembatan yang dibuat dari tali tambang marlon secara bergantian. Jembatan ini sangat kuat, muat hingga lebih dari lima orang anak, mungkin karena talinya dibuat dari lembaran-lembaran benang wol yang dipilin menjadi satu kesatuan utuh dengan panjang dan ukuran tertentu. Ada juga bangunan yang bentuknya menyerupai buah, dengan jendela di kedua sisinya. Bagus sekali digunakan untuk berfoto.
“Dik, lihat sini!” kupanggil kedua adik kembarku, mereka menoleh ke arahku.
“Aku hitung ya, 1 ... 2 ... 3 ...” Mereka tersenyum, saat blitz di kamera kodak ku tekan. Kulihat lagi hasil jepretan fotoku. Semuanya bagus-bagus. Kuambil lagi beberapa obyek pemandangan yang indah di sini. Pepohonan yang rindang menjadi target obyek fotoku. Setelah puas, aku duduk di samping Ibu. Menyandarkan kepalaku di bahunya, rasanya sangat nyaman sekali.
Tiba-tiba dari arah berlawanan, datang gadis kecil menyodorkan boneka imut kepadaku. Boneka beruang kecil dengan bulu yang halus sekali. Mata gadis itu bulat seperti bulan purnama, dan jari tangannya mungil. Gadis kecil itu cantik sekali, dua kunciran di rambutnya membuatnya semakin lucu. Aku tersenyum kepadanya. Ia berlari menjauhiku sambil membawa boneka beruang.
Menghabiskan waktu di taman ini, membuatku senang. Bisa melihat dan mengamati pemandangan yang masih hijau dan segar. Apalagi Taman prestasi ini sangat luas, lahannya mencapai 6.000 mete dan semua permainan di sini gratis. Tempatnya juga nyaman untuk berkumpul bersama keluarga. Rata-rata mereka menghabiskan malam minggu di taman ini sambil berburu kuliner.