Derajat Pembalak Kayu

ALDEVOUT
Chapter #6

yang Sekarang Mulai Berkecambah [3]

Hari pertama Ijul duduk di ruangan kelas kecil di Taman Siswa adalah pengalaman yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Dinding ruangan terbuat dari bambu, dengan lantai tanah yang dipadatkan. Seorang guru berpeci hitam berdiri di depan kelas, wajahnya penuh wibawa namun tetap ramah. Di tangannya tergenggam sebuah kertas berisi kalimat pendek yang akan mereka pelajari hari itu.

“Anak-anak,” kata sang guru, suaranya lantang tetapi menenangkan. “Hari ini kita akan membaca kisah tentang seorang petani bernama Pak Mus, yang menanam padi dengan penuh perjuangan. Kisah ini sederhana, tapi sarat makna. Perjuangan itu, kelak, kalian harus lanjutkan.”

Ijul duduk dengan punggung tegap, tapi hatinya penuh keraguan. Ia hanya mengenal sedikit huruf karena nama jalan. Ketika gurunya membagikan potongan teks kepada setiap murid, ia hanya memandangi kertas itu dengan pandangan kosong.

“Ki Ijul,” panggil sang guru. “Bacakan potongan ini untuk kami semua.”

Ijul menelan ludah. Tangannya gemetar saat menerima kertas itu. Tulisan di atasnya terasa seperti ukiran asing yang tidak ia pahami. Ia melirik teman di sebelahnya, mencoba mengikuti cara mereka membaca. Dengan suara patah-patah, ia mencoba:

“Pa… Padi… yang… di… ta-nam… Pa-k... Pak Mus… su-dah… mu-lai…” Ijul berhenti, wajahnya merah padam. Ia tidak tahu apa arti kata berikutnya.

“Tenang, Ki Ijul,” ujar gurunya lembut. “Kata itu adalah ‘bungkuk.’ Coba ulangi.”

“Bu… bungkuk…” gumam Ijul, suaranya pelan.

“Bagus.” Gurunya tersenyum lebar. “Bagus sekali. Baca dengan tenang dan jangan takut salah, ya.... Nah, siapa tahu, apa maksud dari ‘Padi yang ditanam Pak Mus sudah mulai bungkuk’?” tanya guru sambil menatap kelas.

Ijul menoleh kanan dan kiri dan ikut mengangkat tangan, meskipun ragu. Tahu-tahu guru menunjuknya lagi. “Itu… maksudnya… padi sudah… tu… tua? Bisa di-pe… petik?”

“Benar sekali! Ketika padi sudah bungkuk, itu artinya bulir-bulirnya penuh dan siap untuk dipanen. Tanda keberhasilan seorang petani. Apapun yang kalian tanam, kalian rawat, harus kalian tuai dengan perjuangan.”

Lihat selengkapnya