Derflow dan Delusi

White Blossom
Chapter #1

1 - Pesan yang Ditunggu

⧽⧽⧼⧼


“Sudah dua tahun! Kenapa tidak ada kabar juga!”

Gadis itu muda berhijab hitam itu berteriak kesal dan menatap layar ponselnya yang menampilkan percakapan bersama saudaranya. Tak ada balasan, hanya dirinya yang terus mengirim pesan sebagai bentuk sopan santunnya sebagai seorang adik.

“Tenanglah, Adara! Kamu membuat orang-orang menatap kita.” 

Adara menoleh ke arah sahabatnya itu. Merapikan hijab hitamnya yang sedikit berantakan, gadis itu duduk dan menatap pemuda di depannya.

“Apa menurutmu aku bisa tenang, Alvaro? Aku sudah bersabar selama satu tahun hanya untuk mendapat balasan dari abangku. Bukankah itu aneh? Apa alasannya tidak bisa menyempatkan diri untuk membalas pesan adiknya?”

Alvaro melirik Adara yang kembali mengomel sambil menatap layar ponselnya. Pemuda itu bergumam pelan sambil menatap pelanggan warung makan tempat mereka singgah.

"Bang Zana pasti lelah punya adik cerewet sepertimu," gumam Alvaro terus mengalihkan pandangannya.

Adara menatap tajam Alvaro yang duduk di depannya. "Bicara sekali lagi, sendalku melayang ke wajahmu!"

Alvaro tertawa kecil dan kembali memandang Adara. "Kasar sekali! Hati-hati, Adara! Jangan sampai calon suamimu malah lari saat melihatmu. Haha ...."

"Kesampingkan dulu tentang itu. Kita bahas bang Zana dulu, Alvaro!"

Alvaro menghela nafas. "Kenapa bahas itu lagi?!"

Saat itulah mata coklat terang Alvaro menatap salah satu remaja putri dengan gamis putih dan tas hitam di punggungnya. Pakaian yang mencerminkan bahwa dirinya seorang santri. Pemuda itu sedikit menyipit saat melihat asap hitam yang samar-samar menguar dari hijab remaja itu.

“Ada apa, Alvaro? Mau ke kamar mandi? Sana!” Pemuda itu menoleh ke arah Adara. Mata coklat terang Alvaro melirik ke arah santri tersebut yang berbalik memandangnya dengan tatapan nyalang.

Apa-apaan santri itu! Batin Alvaro berbalik memandang Adara sambil menggelengkan kepalanya.

Adara hanya mengerutkan keningnya dan mulai memesan makanan yang akan mereka makan, sedangkan Alvaro sesekali melirik remaja santri yang duduk tak jauh darinya itu. Pemuda itu mulai merasa tak nyaman dengan hawa negatif yang terasa di sekitarnya. Alvaro yang cukup sensitif dengan hal itu, kembali melirik remaja santri tersebut saat selesai menyebutkan pesanannya.

“Ada apa, Alvaro? Apa kamu merasakan hal aneh lagi?” Adara menatap cemas ke arah sahabatnya yang sedikit pucat itu.

Lihat selengkapnya