⧽⧽⧼⧼
Alvaro dan Adara menatap gerbang pesantren di depannya. Melirik ke bagian dalam pesantren keduanya melihat dengan jelas lalu-lalang dan aktivitas para murid. Satpam yang berjaga di gerbang pesantren segera menghampiri keduanya dan membukakan pintu gerbang.
“Tidak ada yang aneh sejauh ini.” Adara menganggukkan kepalanya mendengar bisikan Alvaro.
Apa mungkin kejadian horor kemarin hanya kebetulan? Sebelumnya kami juga sering mengalami kejadian seperti itu yang bersifat sementara. Ketempelan, bukan? Batin Adara larut dalam pikirannya.
Alvaro membawa koper Adara mengikuti satpam pesantren yang dengan riang menjelaskan tentang pesantren mereka. Maklum karena sudah lama tidak ada tamu yang berkunjung ke pesantren mereka. Alvaro mengangguk paham dan menyambut ramah setiap penjelasan dari satpam di sampingnya.
Adara menatap beberapa santri yang tersenyum ke arahnya. Suasana yang tenang dan damai, pepohonan di sekitar mereka juga berperan dengan baik memberikan suasana yang sejuk.
“Ini dia, Dek. Kepala pesantren kami.”
Adara menatap ke arah depan saat seorang wanita berusia sekitar tiga puluhan dengan hijab coklat menutup sampai ke pinggangnya mendekat dengan senyum di wajahnya. Seorang wanita dengan hijab biru dan mata hitam berjalan dengan tenang mengikuti langkah kepala pesantren tersebut.
“Pekerja baru, bukan? Yang disampaikan Nana itu?” Kepala Pesantren itu melirik wanita dengan hijab biru di belakangnya yang menganggukkan kepala.
Adara dan Alvaro saling lirik sebelum kepala pesantren itu mendekat ke arah Adara. Manik hitam Adara menatap mata hitam kepala pesantren di depannya. “Selamat datang di pesantren kami, Nak. Jangan sungkan untuk bertanya kepada kami.”
***
Adara menatap Alvaro yang akan naik ke dalam mobilnya. Pemuda itu kembali berbalik dan memandang pesantren di belakangnya. Pandangan Alvaro kembali menatap Adara yang tersenyum kecil di depannya.
“Hubungi aku jika terjadi apa pun. Aku pasti akan langsung datang.”
Adara menganggukkan kepalanya. “Tentu. Terima kasih sudah mau mengantarku, Alvaro.”
Pemuda itu tersenyum dan masuk ke dalam mobilnya. Alvaro membuka kaca mobilnya dan mengucapkan selamat tinggal kepada Adara yang masih berdiri di depan gerbang pesantren.
Adara menatap mobil Alvaro yang menghilang dari pandangannya. Gadis itu berbalik dan kembali berjalan menyusuri pesantren di depannya. Manik hitam Adara menatap papan kayu yang bertuliskan nama pesantren tempatnya berada yang berdiri kokoh di samping gerbang masuk.
Pesantren Derflow. Papan kayu yang sedikit berdebu dan juga kotor itu terus menarik perhatian Adara. Tepat saat itu suara lonceng bergema di sekitar Adara membuat gadis itu terlonjak kaget. Adara segera menatap sekitarnya yang mulai sepi.