Mungkin, pernikahan adalah sebuah ikatan yang begitu diinginkan oleh setiap pasangan. Ikatan sakral yang begitu indah dan menyenangkan. Tali suci dan penyempurnaan sunah nabi. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits, yang artinya: "Barang siapa menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh ibadahnya (agamanya). Dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah SWT dalam memelihara yang sebagian lagi." (HR. Thabrani dan Hakim).
Tahukah kamu bahwa pernikahan yang sesungguhnya bukan hanya sekadar kisah cinta yang romantis nan indah. Bukan hanya berbagi suka dan kasih. Juga bukan tentang cinta, cinta, dan cinta.
Menikah itu artinya bahwa kalian siap berbagi suka dan duka bersama pasangan. Siap menjalani segala macam ujian dan rintangan selanjutnya. Dan siap untuk saling berbagi ruang hati dan pikiran. Sebab banyak hal asing yang tentunya belum pernah terjadi sebelum pernikahan. Maka pernikahan sejatinya adalah bersiap. Bersiap untuk menerima ujian cinta selanjutnya di dalam bahtera rumah tangga.
***
Suara tangisan bayi memecah kebekuan para keluarga besar Nurani yang tengah menunggu di depan ruang operasi. Aji dan Jamal adalah kedua orang yang paling tidak bisa tenang menunggu kabar dari sang dokter yang tengah menangani operasi sesar Nurani.
“Pak Aji Subekti!”
Seorang perawat keluar dari ruang operasi dan memanggil Aji agar masuk dan mengumandangkan azan di telinga sang bayi. Aji pun segera melakukannya.
Hari itu, tanggal 22 Mei 2016, seorang bayi laki-laki hadir dengan sehat dan selamat melalui rahim Nurani. Semua orang turut bahagia menyambut kedatangan sang bayi ke dunia ini—apalagi Aji dan Nurani yang merupakan orang tua kandung sang bayi.
Siapa, sih, pasangan suami-istri yang tidak menantikan kehadiran buah hati? Konon katanya, sebuah pernikahan akan terasa lengap dan sempurna setelah kehadiran seorang buah hati. Dan setahun lebih usai pernikahan mereka terhalalkan, akhirnya Tuhan menganugerahkan kepada Nurani dan Aji seorang bayi tampan.
“Alhamdulillah, ya, Allah SWT. Engkau menganugerahi kami seorang putra, seperti keinginan suamiku. Mas Aji sangat menginginkan anak pertama berjenis kelamin laki-laki.” Nurani menatap bayinya dengan lekukan bibir yang lebar. Kedua matanya berkaca-kaca, menandakan ia begitu bersyukur atas karunia Tuhan.
Rasa perih akibat sayatan pisau pada bagian perutnya tak lagi ia hiraukan. Ia ingin segera menimang putranya. Ia sudah tidak sabar untuk memberikan ASI-nya kepada sang bayi lucu itu.
Nurani harus menjalani persalinan sesar dikarenakan ia tak kunjung mendapatkan kontraksi. Sedangkan usia kandungan sudah melebihi HPL (Hari Perkiraan Lahir).
Sebenarnya, sebelum diputuskan mengambil jalan sesar, Nurani sempat mendapatkan dua kali induksi. Kalian tahu Induksi, tidak? Induksi adalah proses stimulasi untuk merangsang kontraksi rahim sebelum kontraksi alami terjadi, dengan tujuan untuk mempercepat proses persalinan.