"Auhhhh!" Alex meringis kesakitan.
Tangannya memegang selangkangan yang terasa ngilu. Dia tidak menyangka Meera sesadis itu. Gadis itu benar-benar liar, begitu pikirnya.
Melihat Alex kesakitan setelah dia menendangnya. Meera segera mengambil kesempatan untuk berlari menjauhi pria gila itu.
"Dasar pria mesum." Umpatnya.
Cepat dia masuk ke dalam mobilnya. Pikirannya kalut, hingga Meera tidak sadar tengah mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Gadis itu sangat kesal. Ia terus menerus bergidik mengingat perlakuan Alex terhadapnya.
Padahal sebelumnya dia tadi ingin berbicara mengenai perjodohan mereka. Ia akan menyetujui perjodohan itu, asalkan ia mau berhenti bersikap kurang ajar padanya. Kenapa dia menampar Alex, karena dia sangat kesal dengannya yang selalu saja semena-mena dengan mencari kesempatan untuk menciumnya.
Melihat kelakuannya itu membuat Meera menarik pikiran untuk menyetujui perjodohan itu, dan menghapus mimpi untuk segera berdamai dengan ayahnya.
Alex yang kesakitan menjadi tidak berdaya. Ia biarkan Mobil Meera pergi menjauh dari pelataran kedai. Alex bersandar pada mobil dan beristirahat sejenak untuk meringankan sakitnya.
Jalanan memang sepi. Hanya satu dua kendaraan yang berlalu lalang dan Meera tidak memperdulikan itu. Ia terus saja mengumpat dengan kesal.
Saat Meera benar-benar lengah. Tiba-tiba dari sebuah gang muncul gerobak penjual rujak. Meera kaget dan langsung menginjak rem. Terlambat, mobilnya telah menabrak gerobak yang saat ini berantakan di tengah jalan.
"Duhh, maaf ya mas. Saya tidak sengaja. Mas tidak apa-apa kan? Mari saya bantu." Meera membantu pedagang rujak bangun. Kakinya terluka cukup parah.
"Iya mbak, terimakasih."
"Mas, lukanya sangat parah. Saya bawa mas kerumah sakit ya."
"Bagaimana dengan gerobak saya mbak? Siapa yang ngurus. Dagangan saya juga hancur mbak."
"Tidak apa mas, nanti biar di urus sama tukang kebun saya. Kebetulan rumah saya tidak jauh dari sini. Yang penting masnya ikut saya ke rumah sakit. Mari mas." Meera membantu pedagang rujak masuk ke dalam mobilnya.
Setelah mengirim pesan kepada pak Mamang, tukang kebun Meera. Meera langsung melajukan mobilnya ke rumah sakit terdekat. Sesampainya di rumah sakit suster langsung menangani pria pedagang rujak itu. Setelah satu jam menunggu. Dokter yang menangani keluar dari ruang rawat.
"Bagaimana keadaannya dokter?" tanya Meera cemas.
"Pasien baik-baik saja. Sekarang sudah bisa ditemui."
"Terimakasih dokter."
"Sama-sama, silahkan. Saya permisi dulu," ucap dokter meninggalkan Meera.
Meera langsung masuk ke ruangan pasien. Dia cukup cemas jika orang yang baru saja dia tabrak terluka parah. Ia akan sangat merasa bersalah.
"Bagaimana keadaannya Mas? Sudah baikan?"
"Alhamdulillah, saya baik mbak."
"Maaf ya mas. Saya tidak hati-hati."
"Tidak apa-apa mbak. Lain kali hati-hati mbaknya."
"Iya mas, sekali lagi saya minta maaf ya. Gerobak sama dagangan masnya nanti saya ganti."
"Iya mbak. Maaf saya jadi merepotkan mbak. Saya yang nyebrang tidak lihat-lihat."
"Tidak apa-apa Mas, saya yang salah. Oh iya, saya permisi dulu buat urus administrasi. Masnya istirahat saja."
Meera pergi ke resepsionis. Ia bersyukur penjual rujak tadi bisa pulang hari ini juga.