Hari ini Meera berencana untuk datang ke kantornya lebih awal. Ia ingin melihat persiapan untuk beberapa pesanan acara Minggu ini.
Sesampainya ia dikantor orang yang pertama kali dia temui adalah Andita, sahabatnya.
"Hay, Dit. Kemarin yang order WO kita kemarin jadi engga?" tanya Meera antusias pagi itu.
"Jadi dong. Siapa dulu gitu, marketernya," jawab Dita mengedipkan sebelah matanya.
"Yang aku minta buat siapin kemarin udah siap?" Meera nampak sangat serius.
"Beres!" Andita berjalan mendekati Meera sambil mengacungkan jempolnya.
"Percaya sama aku, acaranya bakal fantastis banget. Pelanggan ga bakal kecewa sama hasil kerja kita."
"Ouhh, kamu memang bisa diandalkan." Meera berkata sambil memeluk sahabat karibnya itu. Kemudian mereka berdua tertawa bersama.
Meera sangat ceria hari ini. Ia seolah lupa dengan perjodohannya dengan Alex. Pekerjaannya memang sangat mampu menyita perhatiannya. Gadis itu kini berdiri di atas balkon ruang kerjanya. Pandangannya menyapu senja yang begitu indah menghias cakrawala. Fantastis!.
"Meera, ngapain kamu di situ? Jangan bilang kamu mau lompat ya dari situ " teriak Andita dari dalam sambil cekikikan.
"Engga lah, emang aku bego apa lompat dari sini. Mending lompat ke kasur kali, udah empuk hangat lagi. Kalau aku lompat dari sini, nih. Yang ada isi kepala aku bakal berantakan." Sahut Meera menggelengkan kepalanya. Ia bergidik ngeri membayangkan dirinya remuk karena loncat dari gedung lantai 5 ini. Hanya karena mikirin nikah dalam waktu singkat. Dihhh, orang bakal mikir dia engga laku. Sedangkan Andita sudah terbahak-bahak di dalam sana.
Meera membalikkan badannya masuk ke dalam ruangan. Tubuhnya jadi ngilu melihat ke bawah sana. Ia meletakkan tubuhnya di atas sofa warna abu hadiah ayahnya waktu pertama kali ia mendirikan bisnis ini.
"Mau kopi engga?" Lagi-lagi suara Andita terdengar.
"Oke. Gulanya dikit aja ya. Kan aku udah manis," jawab Meera dengan tawa renyahnya.
Tidak lama secangkir kopi sudah terhidang menggoda setiap indera yang menciumnya. Meera segera mengambil cangkirnya kemudian meletakkannya di dekat hidung. Mencium aroma yang menggiurkan. Wanginya sangat khas dengan si hitam nun manis itu.
"Jangan dicium mulu. Entar rasanya berubah." Goda Andita.
"Enak aja," jawab Meera memutar bola matanya.
"Eh, ngomong-ngomong kemarin aku lihat Alex di kedai yang biasa kita mampir. Aku juga sempat nyapa dia gitu. Kayaknya dia lagi kesel deh Waktu itu." Cerocos Andita sambil menyeruput kopinya.
"Kamu ketemu dia?" Meera hampir saja tersedak. Matanya melotot.
"Iya, kenapa?" Andita menatap lekat sahabatnya.
"Emmm .... Kemarin aku juga habis dari kedai itu." ungkap Meera.
"Kamu kencan ya sama Alex?" Potong Dita sebelum Meera menyelesaikan perkataannya.