Balon warna-warni juga lampu kerlip menghiasi sebuah ruangan besar mirip seperti aula pertemuan. Ruang persegi panjang yang luas, banyak bunga hias di beberapa tempat dan setiap pojoknya. Beberapa meja bundar dikelilingi kursi kecil menambah kesan mewah. Di ujung ruangan sebelah utara sebuah panggung kecil terlihat sangat menarik.
Desain yang luar biasa indah. Tidak heran, karena acara ulang tahun ini didesain langsung oleh pemilik wedding organizer terbaik di kota itu. Dialah si cantik Meera Putri Ananta. Pesta ini adalah ulangtahunnya yang ke 25 tahun. Dia memilih untuk mendesain sendiri acaranya dibantu kru sekaligus sahabat terbaiknya, Andita Rahma.
Ramai para tamu undangan mulai mengisi ruangan itu. Dua orang gadis cantik berada di meja depan pintu utama untuk mencatat setiap tamu yang hadir. Kebanyakan yang hadir adalah teman-teman kuliah Meera juga relasi perusahaan dan kerabat dekatnya. Musik bernuansa slow mengalun lembut di ruangan. Lampu besar diatas panggung menyala, membuat tempat itu lebih terang dari yang lainnya. Seketika nampak seorang berdiri dengan anggun diatas sana. Andita, dialah yang akan menjadi pembawa acara untuk pesta ulang tahun sahabat terbaiknya.
"Ehmm, selamat malam semuanya." Suara merdu Andita memecah keramaian. Sontak seluruh aktivitas diruangan itu terhenti. Seluruh perhatian terfokus pada sosok cantik diatas panggung.
"Perkenalkan nama saya Andita Rahma. Saya selaku pembawa acara mengucapkan terimakasih kepada rekan semuanya telah bersedia hadir dan turut meramaikan acara ini. Dengan berdirinya saya di sini maka secara otomatis acara ini resmi dimulai."
Para tamu bertepuk tangan.
Acara dilanjutkan dengan sambutan singkat dari Meera. Saling menyapa, tibalah acara yang di tunggu-tunggu. Acara potong kue.
"Tiup lilinnya, tiup lilinnya.!" Semua bernyanyi semangat. Meera tersenyum. Setelah mengucap doa dia meniup lilin diiringi tepuk tangan oleh semua yang hadir.
Pesta ulangtahun itu berjalan lancar. Diakhir acara semua dibebaskan bercakap-cakap ringan. Saat Meera tengah asik bercanda dengan teman-temannya, seorang pelayan menghampiri.
"Nona, sudah ditunggu ayah nona di meja pojok sana," ucap pelayan itu menunjuk meja di pojok ruangan.
"Oh, iya. Terimakasih, saya segera kesana." Meera berjalan menuju meja ayahnya setelah pamit dengan teman-temannya.
Di pojok ruang, sebuah meja sudah dikelilingi beberapa orang. Terlihat ayah, ibu, dan seorang laki-laki. Meera merasa asing dengan laki-laki itu. Pria itu terlihat cukup menawan dengan tuksedo biru melekat di tubuhnya. Wajah tampan khas orang Asia. Kulit bersih hidung mancung. Cukup menarik untuk pria berumur 27 an. Setidaknya begitu yang dipikirkan Meera. Meera menghentikan langkahnya saat berpapasan dengan Andita.
"Hi, Dita. Kamu kenal seorang pria yang bersama ayah ibuku?" Meera mengarahkan pandangan pada sosok pria yang tengah duduk satu meja dengan ayahnya.
"Mengenalnya, tidak. Tapi sepertinya aku tahu siapa dia."