DESIBEL

Asroruddin Zoechni
Chapter #17

PEMBUKA RAHASIA

Alia menggeser pintu kaca perpustakaan LSTM dengan perlahan. Udara sejuk segera menyelimuti kulitnya, memberikan kenyamanan setelah berjalan kaki di tengah suhu yang mulai mendingin di musim gugur. Matanya menelusuri rak-rak buku yang tersusun rapi di sepanjang lorong, dan suasana hening yang memenuhi ruangan membuat pikirannya rileks sejenak. Hampir saja ia terlupa akan pesan di email. 

Baru beberapa hari Alia tinggal di Liverpool untuk melanjutkan studi masternya. Ia merasa kehidupan di sini berbeda jauh dari Surabaya atau Yogyakarta yang hingar bingar, tapi di sini terasa lebih tenang dan lebih teratur. Suasana perpustakaan pun cukup sunyi. Tampak beberapa mahasiswa begitu serius belajar, membaca buku, atau berdiskusi satu sama lain. Alia yang masuk ke ruang perpustakaan untuk menemui seseorang yang menurutnya sungguh misterius, mengundang tatapan mata yang tak biasa dari beberapa pengunjung. Mungkin karena Alia berparas Asia dengan memiliki sedikit imbas wajah Eropa dengan hidungnya yang mancung dan lancip, atau karena ia menggunakan hijab. Alia merasa cukup bahagia berada di kota ini dan juga melihat fasilitas perpustakaan yang sangat lengkap, namun jauh di lubuk hatinya, ada sesuatu yang tidak nyaman, seperti ada yang hilang. Ia tidak bisa menjelaskan perasaan itu. Mungkin hanya sekadar rasa rindu terhadap keluarganya di Surabaya, atau mungkin sesuatu yang lain, sesuatu yang lebih dalam.

Dengan jantung yang berdebar-debar, Alia bergegas menyambangi Thomas di Perpustakaan LSTM dengan terlebih dahulu menanyakan orang tersebut kepada petugas di bagian informasi. Rasa takut yang bercampur rasa penasaran menyelimuti alam pikirannya. Tidak lazim memang ada seseorang yang tidak ia kenal dan tidak berkaitan dengan kegiatan akademik tiba-tiba memintanya bertemu. Alia berpikir positif kepada Thomas, karena lelaki itu masih berada di lingkungan kampus. 

Nurul menunggu di ruang baca perpustakaan, sementara Alia menemui Thomas di sebuah ruangan kecil di dekat pintu masuk. Di dinding ruangan kerja Thomas tertulis Thomas Hamilton/Customer and Academic Support Manager. Alia mengetuk pintu ruangan Thomas yang duduk sendirian. Wajah Alia cemas, diiringi denyut jantung yang menyerupai derap kuda saat berlari kencang. 

“Excuse me, Sir. Good morning.” Alia menyapa dengan suara yang tertahan, dan penuh ketegangan. 

Seorang lelaki paruh baya, bertubuh tambun dan tinggi, menyambut sapaan Alia. Ia bangkit dari kursi dan langsung beradu mata dengan Alia beberapa jengkal. 

“Hello, Sir. I am Alia, Alianti Putri.”

“Hi, Alia. Great, are you the one to whom I emailed recently?” 

“Right, Sir.”

“Please have a seat. What a wonderful time to have you here, Alia. I am Thomas, a librarian here.” Thomas mempersilakan Alia duduk dan menjabat tangan Alia yang terasa dingin bagai es. 

“Apa kabar, Miss Alia?” tanya Thomas dengan berbahasa Indonesia dengan logat Eropa. Thomas menyapa dengan suara lembutnya yang khas.

Alia terperanjat. “You can speak Indonesia, Sir?”

Thomas tertawa pelan. “I am a librarian, young girl. I can speak more than seven languages, including Bahasa Indonesia. 

Alia mengangguk dan tersenyum. "Selamat sore, Pak Thomas. Bapak masih sibuk?"

"Buku-buku dan referensi di sini tak pernah habis untuk diurus. Tapi, ya, itu sudah bagian dari pekerjaan saya. Stay sit there, and wait for a minute until I finished my paperwork."

Alia duduk di kursi menghadap Thomas, masih memegang buku catatan dan tablet berukuran 10 inchi. Tatapannya tak bisa lepas dari Thomas yang tampak begitu bijaksana, lengkap dengan seluruh rambutnya yang seutuhnya sudah memutih. Ada sesuatu yang terasa familiar tentang pria itu, meskipun Alia tak tahu apa. Dalam keheningan itu, tiba-tiba Thomas menghentikan pekerjaannya dan menatap Alia.

“OK, Alia. Saya tak bisa membuatmu menunggu lama karena saat ini sudah menjelang malam, dan tentunya suhu akan terus drop. Hhmmm…” Thomas menggumam dan tampak menghela napas cukup panjang.

“Welcome to Liverpool, welcome to LSTM. Mudah-mudahan Anda menikmati kota ini dan dapat menyelesaikan pendidikan dengan membanggakan. Kami di sini siap membantu apapun keperluan Anda dan kalian sebagai mahasiswa.”

“Thanks, Sir.”

Lihat selengkapnya