DESIBEL

Asroruddin Zoechni
Chapter #31

ASIAN HATE

Senja di Sheffield tak terasa mulai menghampiri malam. Langit di lingkungan Meadow Hall itu sudah beranjak menuju gelap. Sebentar lagi malam menggulung siang lebih cepat. Pukul lima sore langit mulai gelap karena mulai masuk akhir musim gugur ke musim dingin yang cukup menusuk. Semakin lama semakin gelap dalam waktu yang singkat. Suhu udara yang berkisar 10-15 derajat Celcius, cukup membuat Alia merasa kedinginan dan memakai blazernya lebih ketat. Alia keluar ke arah selatan yang banyak terdapat toko-toko perlengkapan kaum hawa, sedangkan Aria menuju arah sebaliknya. Satu langkah, dua langkah, dan seterusnya, Alia masih merasakan sosok Aria berada di belakangnya. Sebuah perasaan yang aneh. Alia sempat tersenyum, menganggap Aria tak mau berpisah dengannya dengan pelan-pelan dan sembunyi-sembunyi mengikuti beberapa langkah di belakang. Sambil berjalan pelan menyusuri lorong di depan toko, sesekali ia ingin menoleh ke belakang. Penasaran, apakah Aria adalah orang yang mengikutinya. Sekilas memang mirip sosok Aria yang cukup besar dan tinggi, tapi sosok itu kemudian terlihat begitu cepat menghindar dan masuk ke toko.  

“Mas Aria? Mas Aria ngikutin aku?” tanya Alia. Ia berbicara agak keras, kemudian tertawa ringan. “Mas Aria?”

Pertanyaan Alia tak terjawab. Ia pun memindai sekeliling yang terlihat sepi, hanya satu hinga dua orang saja yang berlalu lalang. 

Mas Aria apakah benar tidak mau berpisah dariku? Tapi kok sembunyi sembunyi begitu ya?

"Hey, stupid girl. Where are you from? Malaysia?" tanya seorang lelaki dengan keras, dan sedikit membentak.

Alia bergidik, namun tak memperlambat langkahnya. Suara bas seorang lelaki muncul, tepat berada beberapa langkah di belakangnya.  

“Bukan Mas Aria, kan?”

Ia mempercepat langkah, sebisa mungkin bergegas menuju keramaian.  

“Hey, girl! Are you deaf?” tambah lelaki itu dengan sedikit berteriak. Mereka terpisah sekitar dua puluh meter. "Stop there!"

Alia mulai memperlambat langkahnya. Perasaan aneh mulai menyelimutinya. Sesekali ia menoleh ke belakang tetapi tak mendapati secara detil bagaimana raut wajah lelaki itu. Kini lelaki bertubuh jangkung dan kurus itu berdiri tak jauh di belakang Alia. Alia memutar tubuhnya ke sisi kiri demi untuk melihat siapa lelaki itu, dan tak berani melanjutkan memutar badan ke arah lelaki itu.

"Stop there, stupid!" tambahnya dengan suara yang lebih nyaring.

Alia mencium aroma tak mengenakkan setelah lelaki itu berteriak. Aroma alkohol menyeruak dan mengusik indera penciumannnya. Denyut jantung Alia pun mulai berdebar kencang. Ingin sekali ia melarikan diri, tetapi di sekeliling mulai tak terlihat orang berlalu lalang. Kalaupun ia melarikan diri, pasti ia akan kalah langkah dari lelaki itu dan pasti akan segera disergap.

"Tenang, Alia. Banyak baca istighfar," gumam Alia dalam hati.

"What do you want, Sir?!" tanya Alia tegas, memberanikan diri.

Sebetulnya Alia mulai memasang kuda-kuda untuk melarikan diri, tapi entah kenapa kakinya terasa berat untuk melangkah.

Lelaki itu menyeringai. "Answer my last question. Where are you from?"

"Indonesia," jawab Alia gugup.

Lelaki itu kemudian tertawa, lalu tersenyum sinis, sambil melihat dan memindai tubuh Alia dari atas kepala hingga ke ujung kaki. Alia pun merasa risih.

"What do you want?!" tanya Alia lagi dengan berdebar-debar hebat. Ia pelan-pelan menarik napas dalam.

Lelaki itu lantas bertepuk tangan, dan sedikit terbahak.

"You are a stupid Indonesian! You are a stupid Asian!"

Mendengar ungkapan itu, Alia mulai geram, menarik napas semakin dalam, memejamkan kedua mata, dan berusaha menahan emosi amarah yang perlahan tapi pasti naik ke ujung kepala. Kedua pipinya juga menggembung menandakan kemarahan.

"You are also a stupid girl!"

Lihat selengkapnya