DESIBEL

Asroruddin Zoechni
Chapter #27

RAHASIA PEMBUAT LUKA

Alia senang sekali saat nama Sheffield disebut-sebut oleh Aria. Ia hingga tengan malam pun belum bisa tidur, memikirkan bertemu Aria yang sepertinya mulai menarik hatinya. Sosok yang menawan dan empatik sejak mereka pertama kali bertemu, tapi tak pernah Alia turutkan kata hatinya untuk lebih dekat mengenal Aria. Ia merasa tak punya hak untuk mengganggu kehidupan Aria.

Pukul dua belas malam lewat, Alia masih terjaga penuh. Ia harus melakukan revisi besar atas tugas-tugas membuat esai terkait mata kuliah yang ia jalani sejauh ini. Dengan topik utama tentang International Health dan Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan, Alia mencoba memotret dalam esainya yang berjumlah enam halaman itu, tentang buruknya aksesibilitas pelayanan kesehatan terhadap kaum difabel, termasuk aksesibilitas terhadap layanan pendidikan di seluruh jenjang di Indonesia. Setelah mengumpulan tugas kepada dosen, ia pun mendapatkan balasan email berupa permintaan revisi yang sangat banyak.

"This is quite a good essay, not to say a bad essay to you, Alia," ungkap Mr George, seorang dosen LSTM saaat Alia menyerahkan print out saat selesai kuliah beberapa hari yang lalu.

"Thanks, Sir," jawab Alia dengan perasaan sedih.

"I will give you some comments, particularly due to your insufficient data and lack of a powerful background to support your discussion. I will email you after this class."

Alia berjuang keras memperbaiki naskah yang penuh dengan coretan merah di hampir seluruh halaman. Ia merasa perlu untuk bergadang sehingga bisa dikirim kembali ke dosen tepat waktu.

Sebuah email dari Thomas kembali masuk ke kotak masuk. Alia pun membukanya pelan-pelan walaupun ia ragu pada awalnya.

"Please, come to my room tomorrow. Urgent!"

Cerita Thomas tentang Jason yang diduga terkait dengan kehidupan Alia kembali terngiang, walaupun Alia berusaha keras untuk tidak membahasnya lebih lanjut. Ia tak ingin cerita yang belum tentu benar itu akan mengganggu proses kuliahnya. Alia memilih tidak membalas email itu, dan lebih tertarik untuk memperbaiki esai. Namun, semakin dalam ia terjun untuk memperbaiki tulisannya itu, maka cerita tentang Jason mulai membuat konsentrasinya terganggu.

***

Alia memberanikan diri menemui Thomas di perpustakaan. Terlihat Thomas sedang berkemas-kemas dan merapikan ruang kerjanya. Buku-buku yang sebelumnya tersusun rapi di rak gantung di dinding ruangan Thomas, kini tak bersisa. Justru, ia melihat beberapa kardus yang berisi buku dan siap disegel.

"Excuse me, Mr Thomas. You wanna leave?" sapa Alia tiba-tiba saat memasuki ruangan.

"Hai, Alia. Senang sekali kamu datang. Duduk ya. Saya merapikan ini sebentar."

"Bapak mau ke mana?"

"Saya gembira kamu datang, tapi sejujurnya saya sedih karena kita harus berpisah untuk selamanya. Saya pensiun dari LSTM mulai besok. Ini adalah hari terakhir saya."

"Serius, Pak?"

"Saya serius. Dan saya tak sengaja menemukan foto ini di sela buku-buku ini."

Thomas menunjukkan selembar foto berwarna yang sudah usang, tertulis di foto itu bulan dan tanggal foto itu diambil, Juli 1994. Sepasang lelaki dan perempuan berdiri berdampingan begitu dekat menghadap kamera.

Lihat selengkapnya